Sistem Ekspedisi Komoditas Surabaya
Infrastruktur logistik yang memadai menjadi kunci bagi kelancaran pengiriman dan distribusi barang di kota Pahlawan.
Sistem ekspedisi komoditas di Surabaya tidak dapat dipisahkan dari berbagai infrastruktur logistik yang ada.
Pelabuhan Tanjung Perak, dengan 13 dermaga, berfungsi sebagai pintu gerbang utama bagi barang yang masuk dari arah timur.
Selain itu, stasiun kereta api menyediakan jalur pengiriman barang melalui darat, menawarkan layanan kargo, kontainer, dan pergudangan.
BACA JUGA:Ekspor Kopi Indonesia Meningkat pada 2024 Berkat Permintaan Pasar Global yang Tinggi
BACA JUGA:BRICS dan Reorientasi Arah Kebijakan Pasar Ekspor
Terminal Peti Kemas (TPS) yang terletak di bagian barat Pelabuhan Tanjung Perak juga berperan penting. Sementara itu, depo kontainer menyediakan area penyimpanan sementara untuk kontainer kosong.
Di sisi udara, Bandara Juanda menjadi akses utama untuk pengiriman barang, dengan kegiatan logistik yang dikelola di Terminal Kargo oleh PT Angkasa Pura 1 (Persero).
Berbagai kawasan pergudangan yang tersebar di Margomulyo, Rungkut, Benowo, dan beberapa titik lainnya, serta infrastruktur jalan yang meliputi jalan arteri dan jalan tol, semakin memperlancar proses distribusi.
"Keberadaan jalan lingkar, seperti Jalur Lingkar Luar Barat (JLLB) dan Jalur Lingkar Luar Timur (JLLT), sangat membantu dalam mengurangi kemacetan dan mempercepat waktu pengiriman," kata Irvan.
Meskipun sistem ekspedisi di Surabaya cukup maju, Irvan tak menampik masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi.
BACA JUGA:Unair Gelar Pengabdian Masyarakat di Desa Mlaten, Dampingi Perajin Gerabah Bisa Ekspor
BACA JUGA:APINDO: UMKM Harus Tembus Pasar Ekspor
Menurutnya, efisiensi distribusi komoditas menjadi masalah utama, terutama dalam menghadapi tingginya daya saing komoditas impor.
"Pelaku usaha harus mengatasi berbagai kendala untuk tetap bersaing di pasar yang semakin ketat," kata dia.