Sesi foto bersama di depan poli kulit dan kelamin RSUD Dr. Soetomo. -Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY
Kemudian ada tiga pasien yang diajak ke ruangan periksa untuk dilihat keadaannya. Salah seorang dari mereka adalah pasien yang berusia 9 tahun yang sudah dua bulan dirawat. Ternyata, penularan penyakit itu hanya lewat air ekskresi (keringat atau ludah) saja.
Bahkan saat ditinjau, mereka berani bersalaman dan berbicara langsung dengan pasien. Menurut Prof Wawan, karena stigma tersebut, Jawa Timur punya angka yang cukup tinggi untuk penderita kusta.
"Apalagi untuk daerah Pantai Utara Jawa dan Madura," jelasnya. Oleh karena itu, ia sangat mengharapkan banyak bantuan dari berbagai pihak guna mengentaskan stigma tersebut.
Apalagi saat ini bantuan obat-obatan dari WHO sudah dikurangi. Sehingga langkah kolaborasi dengan pihak lainnya akan sangat berdampak.
Prof Wawan juga mengutarakan bahwa seluruh obat kusta yang beredar sudah diakomodasi oleh pemerintah. Sehingga siapa saja bisa mendapatkannya secara gratis dan melakukan penanganan sendiri dari rumah. Kerja sama itu diharapkan bisa mengikis stigma negatif lepra atau kusta ke depannya.(*)