Karena itulah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam penutupan menyatakan bahwa tanwir di Kupang tahun ini menjadi peristiwa yang historis dan histeris.
Pernyataan Haedar itu tidak berlebihan karena peserta yang datang dari seluruh penjuru negeri mendapat sambutan yang luar biasa. Di NTT, toleransi bukan sekadar diucapkan secara retorik.
Melainkan, benar-benar diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari tanwir di Kupang ada refleksi. Hadirin belajar betapa gerakan pencerahan (al-harakah al-tanwiriyah) penting terus digelorakan untuk semua anak bangsa.
KUPANG SEBAGAI MODEL
Kupang dipilih sebagai tuan rumah tanwir karena memiliki banyak keunikan. Kota Karang itu tergolong sangat ramah dengan dakwah Muhammadiyah. Pada 2021, NTT ditetapkan sebagai provinsi dengan indeks tertinggi untuk kategori kerukunan umat beragama (KUB).
Hasil survei indeks KUB yang dilaksanakan Kementerian Agama (Kemenag) menunjukkan bahwa Kupang dan NTT pada umumnya dapat menjadi model kerukunan umat beragama.
Di ibu kota NTT tersebut, berdiri Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK). Sejak didirikan pada 1987, UMK maju melesat nyaris meninggalkan kampus-kampus swasta di sekitar. Memasuki usia ke-27 pada tahun ini, UMK telah meluluskan 12.475 mahasiswa.
Yang menarik, lebih dari 80 persen mahasiswa UMK adalah kristiani. Bukan hanya mahasiswa, sebagian dosen di UMK beragama Katolik atau Protestan.
Karena itulah, UMK sering dipelesetkan menjadi Universitas Muhammadiyah Kristen. Alumni UMK pun berdiaspora ke berbagai instansi pemerintah dan swasta. Bahkan, banyak mahasiswa dari luar NTT yang belajar di UMK.
Keberadaan UMK yang melayani semua golongan anak bangsa terasa sangat sejalan dengan tema perayaan Hari Kelahiran (Milad) Ke-112 Muhammadiyah dan Tanwir: Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua.
Kemakmuran di sini bukan sekadar hal-hal yang bersifat material, melainkan juga nonmaterial.
Dalam kaitan itulah, keberadaan lembaga pendidikan Muhammadiyah dapat dipahami sebagai bagian dari gerakan memakmurkan, memajukan, dan mencerahkan anak-anak bangsa, khususnya yang ada di NTT.
MENCERAHKAN NEGERI DAN DUNIA
Bukan hanya di Kupang, lembaga pendidikan Muhammadiyah dalam berbagai tingkatan di kawasan timur Indonesia melayani anak-anak bangsa lintas agama, paham keagamaan, budaya, dan etnik.
Muhammadiyah sejak didirikan memang selalu mengabdi dan memberi. Simbol Muhammadiyah, matahari yang terus bersinar, menguatkan karakter Muhammadiyah yang sangat fundamental itu.
Semoga risalah hasil tanwir di Kupang menjadikan Muhammadiyah bermanfaat untuk semua. Pendiri dan ideolog Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan, berpesan, ”Muhammadiyah harus hidup.