TANWIR Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 4–6 Desember 2024 di kompleks Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) dihadiri Presiden Prabowo Subianto.
Kehadiran presiden itu sangat penting bagi Muhammadiyah. Sebab, sebagai gerakan sosial keagamaan yang menempuh jalur kultural, Muhammadiyah membutuhkan dukungan pemerintah.
Perjalanan panjang Muhammadiyah juga menunjukkan bahwa organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu konsisten mengambil posisi ”loyal-kritis” terhadap kebijakan pemerintah. Muhammadiyah dipastikan mendukung kebijakan dan program pemerintah jika menunjukkan keberpihakan kepada rakyat.
BACA JUGA:Tajdid Kedua Menghadapi Senja Kala Modernisme Muhammadiyah
BACA JUGA:Muhammadiyah, Negara Pancasila, dan Darul Ahdi wa Syahadah
Namun, jika kebijakan dan program pemerintah itu tidak berorientasi pada kesejahteraan rakyat, Muhammadiyah tidak segan memberikan koreksi. Sikap kritis Muhammadiyah selalu dikemukakan dengan cara-cara terhormat, bermartabat, dan berbasis data.
Hingga memasuki usia ke-112 (18 November 1912–18 November 2024), Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai mitra strategis pemerintah. Dalam tanwir itu, penting bagi Muhammadiyah menyimak visi besar Presiden Prabowo untuk memajukan negeri.
Apalagi, agenda tanwir itu dihadiri pimpinan Muhammadiyah dari seluruh tanah air. Dalam kenyataannya, Muhammadiyah juga merupakan aset bangsa yang tak ternilai dan sudah banyak berjasa untuk memajukan negeri.
BACA JUGA:Muhammadiyah Tinggalkan BSI, Langkah Strategis atau Kecewa Layanan?
BACA JUGA:Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, 2 Ormas Bersaudara, Raih Zayed Award
MEMAKMURKAN SEMUA
Dalam pembukaan, Prabowo menyampaikan terima kasih kepada Muhammadiyah karena telah berjasa besar kepada negeri tercinta. Muhammadiyah melalui amal usaha utama di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial benar-benar telah membantu tugas pemerintah.
Bahkan, di daerah tertentu berkategori 3T (terpencil, terluar, dan terjauh), kehadiran Muhammadiyah dengan amal usahanya sering kali mendahului pemerintah.
Prabowo juga mengapresiasi jasa besar Muhammadiyah yang melahirkan banyak pemimpin nasional. Presiden Soekarno pernah menjadi pengurus Muhammadiyah Cabang Bengkulu. Demikian juga Fatmawati, istri Soekarno, yang menjadi bagian penting dari sejarah Aisyiyah dan negeri ini.
BACA JUGA:Muhammadiyah dan Kisah Tiga Monyet