Sebagaimana lirik lagu Selalu Ada di Nadimu, cinta dan dukungan bisa menjadi kekuatan yang menyembuhkan. Kita semua bisa menjadi bagian dari kekuatan itu dengan hadir, mendengar, dan tidak menghakimi. Karena setiap anak berhak merasa dicintai.
Dan dalam dunia sekacau apa pun, semoga mereka tetap bisa mendengar bisikan kecil yang berkata: “Aku selalu ada di nadimu. Jumbo mengingatkan kita bahwa di balik tawa dan keceriaan anak-anak, bisa saja tersembunyi kisah-kisah kecil tentang rasa sakit yang dalam.
BACA JUGA: Kurikulum Berbasis AI, Disparitas Sosial, dan Dinamika Aktor-Jaringan
Bullying bukan sekadar "fase tumbuh kembang" yang bisa disepelekan. Ia adalah luka yang jika tidak ditangani, bisa membekas seumur hidup. Setelah menonton Jumbo, refleksi kita seharusnya tidak berhenti pada keindahan visual atau kelucuan karakternya.
Yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa menciptakan ruang yang lebih aman dan suportif bagi anak-anak dan siapa pun yang rentan. Semoga kisah Don tidak hanya berhenti di layar, melainkan menjadi pengingat bagi kita semua untuk menciptakan dunia yang lebih ramah, lebih peduli, dan lebih adil bagi semua anak-anak. (*)
Salsabila As Shofi--
*) Mahasiswi Pascasarjana, Jurusan Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga