BACA JUGA:Polrestabes Surabaya dan Bea Cukai Gagalkan Pengiriman 145 Karton Rokok Ilegal ke Banyuwangi
Gedung Setan memiliki dua lantai dengan total 28 kamar. Terdapat 10 kamar di lantai atas dan 18 di lantai dasar.
Dilengkapi dengan tiga kamar mandi umum dan tiga WC. Ukuran kamar penghuni di sana berbeda-beda.
Rata-rata kamar di sana berukuran 5x3 meter hingga 6x4 meter.
"Satu ruangan kamar di sini, ada yang dihuni dua sampai tiga KK," ujarnya.
Adapun penghuni di sini terdiri dari berbagai suku dan ras. Yakni, suku Tionghoa, Jawa, Madura, Bali, NTT, dan Ambon.
Para penghuni itu, kata Edi, memeluk tiga agama: Kristen, Islam, Konghucu. Menurut Edi, kehidupan di sana harmonis tanpa konflik agama.
Bahkan, gedung ini memiliki ruang serbaguna untuk kegiatan ibadah bergantian. Ia tak rela jika harus pindah dari gedung yang memiliki banyak cerita dan kenangan itu.
"Kami inginnya tetap tinggal di sini. Dulu para penghuni pernah ditawari tinggal di rusun. Tapi kami menolak. Kami ingin tetap di sini," ujar pria yang baru melepas masa lajangnya dua tahun lalu itu.
Kini, mereka ditampung di dua tempat berbeda. Sebagian besar berada di Balai RW 06 Kelurahan Banyu Urip Wetan I.
Sisanya berada di Balai RT 03 RW 06 Kelurahan Banyu Urip Wetan I. Ada 61 jiwa atau 21 KK yang dievakuasi ke Balai RW 06.
Kemudian, di Balai RT 03 RW 06 terdapat 2 KK yang terdiri dari 7 orang. Sebagian lainnya memilih indekos atau menumpang di rumah kerabat di Surabaya.
"Begitu atap (ambrol) langsung kami ungsikan ke sini (Balai RW)," kata Daud Absar, petugas Tagana Dinas Sosial Surabaya.
Kepala BPBD Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, para pengungsi ini akan ditampung di Balai RW dan Balai RT Kelurahan Banyu Urip Wetan I selama 10 hari ke depan.
BACA JUGA:Banjir Rob Ancam Pesisir Surabaya, BPBD Surabaya Siapkan Evakuasi dan Patroli Rutin