Gedung Setan, bangunan lawas tempat multi etnis dan agama tinggal seatap itu tak lagi bisa dihuni. Hujan deras dan angin kencang yang mengguyur Surabaya pada Rabu, 18 Desember 2024, mengakibatkan atap gedung tersebut ambrol. Nasib 61 KK penghuni gedung itu kini terkatung-katung.
----SHYENNI terlihat sibuk memindahkan perabot rumah tangga saat kami mengunjungi sebuah bangunan tua di Jalan Banyu Urip Wetan I A Nomor 107, Kelurahan Banyu Urip, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, pada Rabu, 18 Desember 2024.
Perempuan bersusia 52 tahun itu tampak mengeluarkan semua perabotan dari dalam gedung. Ada LED TV, dispenser, dan kasur. Perabotan itu dikeluarkan dari luar gedung dan hanya ditutupi terpal.
"Belum tahu mau saya pindahkan ke mana. Yang penting, untuk sementara, tidak kena hujan saja," kata Shyenni, yang mengenakan kemeja hitam, kepada Harian Disway, Kamis, 19 Desember 2024.
Ya, gedung yang oleh warga diberi nama "Gedung Setan" itu, dahulu merupakan bekas Kantor Gubernur Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) Jawa Timur.
Dibangun oleh J.A Riddle Von Middlekoop, seorang sipir VOC, pada 1809 hingga 1815. Gedung itu lantas dibeli oleh seorang dokter keturunan Tionghoa bernama Teng Sioe Hie pada 1945.
Kemudian difungsikan sebagai tempat transit jenazah keluarga Tionghoa sebelum prosesi pemakaman.
Lokasinya memang berdiri di antara area makam Tionghoa dan banyak pepohonan saat itu. Sehingga suasana gedung terlihat mencekam saat malam hari. Itulah cikal bakal gedung tersebut mulai dikenal dengan sebutan Gedung Setan hingga saat ini.
Di lantai gedung, ada banyak pecahan genteng imbas hujan lebat dan angin kencang yang menyebabkan atap ambrol.
Dinding tembok juga nampak kusam. Di beberapa bagian bahkan sudah mengelupas.
Ya, bangunan bersejarah di kawasan Pasar Kembang Surabaya itu menyimpan banyak cerita. Bagi sebagian orang, gedung yang dikenal dengan nama Gedung Setan mungkin menakutkan. Namun, bagi Edi Sanjaya, gedung itu adalah rumah.
"Saya tahun 1976 tinggal di sini. Orang tua saya sudah di sini sejak kecil. Mbah saya mengungsi ke sini tahun 1948. Sekarang generasi keempat yang tinggal di Gedung Setan ini," kata Edi.
Ada dua peristiwa besar terjadi di Gedung Setan. Tepatnya saat pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. Dan pembantaian orang-orang yang dicurigai mendukung komunis pada 1965.