SURABAYA, HARIAN DISWAY - Data Dinas Kesehatan Provinsi Jatim mencatat peningkatan signifikan kasus demam berdarah dengue (DBD).
Pada semester pertama 2024, tercatat 21.959 kasus, sedangkan pada semester kedua terdapat 7.537 kasus.
Menurut Kepala Dinkes Jatim Prof Erwin Astha Triyono, kasus DBD itu menyerang semua kelompok usia, dengan tingkat kematian tertinggi terjadi pada anak-anak.
BACA JUGA:Cegah Wabah Chikungunya dan DBD, Pemkot Surabaya Minta Warga Aktifkan PSN 3M Plus
Ia mengajak masyarakat untuk kembali menggalakkan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagai langkah pencegahan dan penyebaran.
Salah satu upaya yang ditekankan adalah Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik, yang diharapkan dilakukan secara rutin minimal satu minggu sekali.
Prof Erwin menjelaskan, PSN dapat dilakukan dengan metode 3M Plus. Langkah pertama adalah menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, vas bunga, dan tatakan dispenser.
BACA JUGA:Wabah DBD di Indonesia Capai Angka Kematian Tertinggi se-ASEAN
Kedua, menutup rapat tempat penampungan air (TPA). “Jika TPA tidak memungkinkan untuk dikuras atau ditutup, masyarakat bisa menggunakan larvasida,” jelasnya dalam keterangan resmi, Sabtu, 11 Januari 2025.
Langkah ketiga adalah memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak, seperti ban bekas, botol plastik, dan kaleng bekas.
Sedangkan Plus-nya adalah menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu, obat nyamuk, atau menabur larvasida.
BACA JUGA:7 Bulan Mewabah, Nias Selatan Nyatakan Darurat Wabah DBD dan Malaria
Prof Erwin juga menganjurkan untuk menggunakan perangkap telur (ovitrap), perangkap jentik (larvitrap), serta memelihara ikan pemakan jentik sebagai upaya mengurangi jumlah nyamuk.
Penggunaan tanaman pengusir nyamuk seperti sereh dan zodia juga dapat membantu.
Fogging Bukan Solusi Utama
Fogging atau pengasapan sering kali menjadi pilihan masyarakat untuk memberantas nyamuk.