BACA JUGA: Pengorbanan Sebagai Puncak Penghambaan
Sebagai contoh, pada Peringatan Hari Santri Nasional 2023, di Galeri Merah Putih dan Galeri DKS, di Balai Pemuda Surabaya, dalam pameran lukisan ke-6 Nabila Dewi Gayatri, salah satu di antaranya ada lukisan berjudul Widji Nusantara dengan sosok Gus Dur dilukis dengan tumpukan buku (https://harian.disway.id/r, 21 Oktober 2023).
Sastra dan rupa adalah media ekspresi untuk menyuarakan suasana. Meski kehadiran rupa mirip Jokowi sebagai ilustrasi sastra, jika keduanya dipisahkan, masing-masing juga bisa menyuarakan makna yang serupa. Sastra dan rupa adalah bagian wujud respons seniman atas situasi zaman.
Saat ini, wujud respons juga dilakukan oleh teknologi yang diperintahkan manusia, misalnya melalui Artificial Intellingence (AI) dan berbagai aplikasi. Jangan heran jika citra Jokowi juga sangat meluas di media sosial melalui ilustarasi, meme, syair lagu, kartun, karikatur, foto editan, serta video yang meninggalkan jejak digital pada sejarah. Sastra dan rupa adalah saksi zaman untuk generasi selanjutnya. (*)
M. Shoim Anwar--
*) Sastrawan dan dosen Universitas Adi Buana Surabaya. Banyak menulis puisi, cerpen, novel, esai, juga melukis. Dia masuk dalam Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia. Karya-karyanya diterjemahkan dan terbit dalam bahasa Jawa, Indonesia, Inggris, dan Prancis. Buku kumpulan cerpennya antara lain Oknum, Musyawarah Para Bajingan, Pot dalam Otak Kepala Desa, Sebiji Pisang dalam Perut Jenazah, Asap Rokok di Jilbab Santi, Kutunggu di Jarwal, Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah, serta Tikus Parlemen.