HARIAN DISWAY - Pengusaha mebel Jawa Timur sedang pusing. Sejak pandemi Covid-19 hingga sekarang penjualan furniture berbahan kayu terus turun. Ekstrem. Bisa mencapai 40 persen per bulan. Omzet pun terus tergerus. Kondisi ini terjadi di pasar lokal dan pasar ekspor.
“Sampai sekarang penjualan kami belum bisa kembali seperti sebelum pandemi Covid-19. Dulu, saya pernah menjual sampai Rp 10 miliar per tahun,” kata M. Fathurachman, salah satu pengusaha mebel yang berada di Pandaan, Pasuruan, Kamis, 16 Januari 2025.
Ia mengungkapkan, semua pengusaha mebel merasakan hal yang sama. “Saya tergabung dalam asosiasi HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia). Pasti 90 persen mengalami permasalahan yang sama. Artinya, daya beli masyarakat sangat menurun,” ungkapnya.
Ia pun menilai, pasar furniture di 2025 masih gelap. Belum ada tanda-tanda akan tumbuh positif. Diperparah, berbagai regulasi dari pemerintah yang membuat masyarakat menahan untuk membeli barang-barang yang belum menjadi barang prioritas.
BACA JUGA:Puan Maharani Disambati Pedagang Tak Mampu Bayar Retribusi di Pasar Mebel, Kota Pasuruan
“Tapi saya tetap optimistis. Penjualan akan tetap kembali normal. Asalkan kita tetap bergerak untuk mencari pasar dan berdoa. Dulu saya yakin pasca pandemi pasar kembali normal. Ternyata tidak. Malah semakin tidak jelas,” ungkap owner Fortuna Mebel ini saat dihubungi Harian Disway.
Pasar ekspor pun drop. Namun, ia tidak terlalu merasakan. Sebab, ia tidak terlalu banyak untuk melakukan ekspor. Mayoritas penjualan produk mebelnya di dalam negeri. Persentasenya 85 persen dalam negeri. Sisanya sebanyak 15 persen ekspor.
PEKERJA di perusahaan mebel sedang menghaluskan furniture.-youtube-
“Ke beberapa negara, saya pernah melakukan ekspor. Misalnya, ke Timur Tengah. Pernah juga ke Portugal. Terakhir ke Singapura. Tapi saya sangat jarang ekspor. Paling banyak dijual di dalam negeri,” terangnya.
Di sisi lain, ia memprediksi turunnya penjualan furnitur berbahan kayu itu karena pertumbuhan pasar online yang sangat pesat. Ia pun saat ini berusaha untuk beralih untuk menjual secara online di marketplace.
“Kami mulai mencoba untuk menghidupkan media sosial kami. Serta menjual di pasar online. Memang kita harus mengikuti tren yang terjadi hari ini. Supaya penjualan kami bisa terdongkrak. Tidak bisa lagi bergantung penuh pada pola lama,” ungkapnya.
BACA JUGA:Pasar Mebel Indonesia Masih Lemah
Berdasar catatan Kementerian Perdagangan Indonesia, ekspor produk mebel dan dekorasi rumah sejak 2020-2022 tidak stabil. Di 2020, nilai ekspor produk itu sebesar USD 2,3 miliar, 2021 sebesar USD 3,0 miliar. Sementara, 2022 turun menjadi USD 2,9 miliar.