Kondisi itu sudah tergambarkan dalam rancangan teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Negara (RPJMN) Indonesia 2025–2029.
Kawasan tengah dan timur Indonesia akan menjadi wilayah strategis dan akan makin akseleratif pertumbuhannya. Share ekonomi di wilayah itu diperkirakan akan meningkat 6 persen. Sebaliknya, kawasan barat Indonesia diprediksi akan turun 6 persen.
Hal itu akan mencapai SDGs kesatu, yakni menghapus kemiskinan (no poverty). Disparitas sosial yang besar akan dapat tereduksi dengan baik. Tentu dampaknya akan meningkatkan keberlanjutan ekonomi yang merata dan akses hidup yang layak bagi seluruh wilayah Indonesia.
Pemprov Jawa Timur harus bekerja keras melakukan kreasi dan inovasi guna menyiapkan daya dukung, baik infrastruktur maupun suprastruktur. Tolok ukur kreasi dan inovasi itu ada pada kecepatan layanan publik dan berbiaya ekonomis.
Hal itu seperti telah dilakukan di wilayah pelabuhan utama negara lain. Reformasi birokrasi, good governance, dan layanan prima menjadi pintu masuknya. Hal tersebut akan mencapai SDGs kesembilan, yakni industri, inovasi, dan infrastruktur kian merata.
Masukan para akademisi Jawa Timur, yang sempat muncul dari forum FGD yang diselenggarakan IKA Unair dan Sekolah Pascasarjana Unair beberapa waktu lalu (7 Desember 2024), juga penting untuk bisa ditindaklanjuti karena selaras dengan tujuan SDGs ke-9.
Masukan yang spesifik tentang perbaikan layanan publik, pengelolaan logistik, baik melalui jalur laut, udara, maupun darat, harus diikhtiarkan sebagai prioritas.
TANTANGAN YANG TIDAK MUDAH
Sehubungan dengan hal itu, Emil Elestianto (2024) meminta dukungan dan sempat mengatakan bahwa hal terberat yang harus dilakukan adalah mengubah paradigma masyarakat dan birokrasi pemerintah.
Sebagai sebuah grand design, menurut Emil Elistianto (2024), tetap terbuka peluang untuk mengalami hambatan dan kegagalan. Jika pola pikir kita tidak siap dan tangguh, kita cenderung ada di zona nyaman dan tidak mau menerima tantangan baru.
Prof Badri Munir Sukoco (2024), direktur Sekolah Pasca Unair, juga menyambut baik gagasan itu dan menyampaikan agar Pemprov Jatim mau belajar dari pengalaman negara maju seperti Taiwan dan Tiongkok yang sudah menyiapkan pelabuhan-pelabuhan konektor dengan layanan prima sehingga bisa menjadi penghubung laut yang efektif.
Gagasan Jatim Gerbang Baru Nusantara itu perlu tindak lanjut, kerja sama, dan kolaborasi dengan semua pihak terkait.
Gagasan tersebut tidak semata soal bagaimana menciptakan daya ungkit ekonomi kawasan, tetapi juga bisa mengembalikan kepercayaan dan keyakinan diri warga Jatim bahwa Bumi Majapahit adalah pusat keunggulan peradaban nasional.
Perubahan pola pikir dan paradigma menjadi hal penting yang bisa ditangkap dari gagasan baru itu. Dukungan para akademisi dari kampus di Jatim adalah modal dan harus dimanfaatkan agar ide itu segera bisa direalisasikan.
Dengan demikian, tujuan ke-17 dalam SDGs tentang kemitraan untuk mencapai tujuan akan tercapai. Jika hal itu dilakukan sungguh-sungguh, gagasan tersebut sangat masuk akal dan realistis, bukan sekadar utopia.
LANGKAH STRATEGIS