Lima Nama Besar Dunia Seni Rupa Indonesia Ini Respons Lukisan Denny JA sebagai Genre Baru

Minggu 20-07-2025,11:00 WIB
Reporter : Raka Denny

Sementara Mayek Prayitno memberi pengakuan eksplisit: “Imajinasi Nusantara adalah lompatan estetika.” Baginya, Denny JA tidak sekadar memanfaatkan teknologi digital, melainkan menyulap AI menjadi alat kontemplasi artistik.

BACA JUGA: Panasnya Perang Israel Picu Denny JA Lahirkan The Deal of Century dalam Genre Imajinasi Nusantara

Di tengah derasnya arus visual, Denny tampil sebagai “suara liyan” suara yang lain, yang menyebarkan pesan perdamaian.

Bambang Asrini Widjanarko menyebut lukisan Denny sebagai “doa yang diam”—tempat di mana keheningan, dimensi psikologis, dan algoritma bertemu dalam arsitektur visual. 

Menurutnya, @AI adalah alat. Imajinasi adalah jiwa. Dan lukisan adalah ruang merenung di dunia yang terlalu bising.

BACA JUGA: Tokoh Highly Gifted dengan IQ 145–155 Disematkan ChatGPT untuk Denny JA

Imajinasi Nusantara bukan sekadar gaya melukis. Ia adalah genre visual kontemporer Indonesia, yang terlahir dari benturan antara budaya lokal (batik), tragedi global (pandemi, perang, krisis iklim), dan medium digital (AI).

Setiap lukisan adalah ruang tafsir. Dalam satu karya, seorang anak kecil berkaus batik berdiri di jalanan sepi, menatap langit penuh virus mahkota.
Frigidanto Agung membaca genre Imajinasi Nusantara karya Denny JA ini sebagai metafora untuk realita yang retak. Ia menyebut Denny JA sebagai pelukis yang memeluk luka global lewat bahasa visual. -Denny JA-

Lampu merah menyala. Dunia berhenti. Namun, batik di tubuh sang anak berbicara: tentang identitas, rumah, dan ketahanan jiwa. Genre ini menjawab satu pertanyaan penting: bagaimana merekam absurditas global tanpa kehilangan akar kultural?

BACA JUGA: Terinspirasi Penulis Palestina, Denny JA Foundation Gagas Dana Abadi Penghargaan Penulis

Di tengah bisingnya algoritma, Denny JA mengajak kita diam dan merenung. Imajinasi Nusantara bukan untuk menjawab dunia. Ia justru bertanya.

Dalam dunia yang semakin algoritmis dan terpaku pada efisiensi, karya Denny JA mengingatkan bahwa seni adalah warisan spiritual, bukan sekadar produk teknologi. 

Lukisan bukan hanya gambar. Ia adalah doa visual, dokumentasi batin, dan manifesto kebudayaan digital Nusantara. Dari genre ini, kita tidak hanya melihat Indonesia yang baru, tetapi merasakannya, dalam bentuk pixel, batik, dan harapan. (*)

Kategori :