Upaya peningkatan akses pendidikan dimungkinkan melalui skema pembelajaran jarak jauh (PJJ), terutama bagi daerah terpencil yang sulit dijangkau sekolah-sekolah konvensional. Berbagai platform sistem pembelajaran daring makin mempermudah murid dan guru dalam mengakses materi pelajaran tanpa batasan dimensi ruang dan waktu.
Sementara itu, platform e-learning dan MOOC (massive open online courses) pun berpotensi untuk peningkatan akses pendidikan karena memberikan kesempatan belajar bagi semua orang kapan pun dan di mana pun, termasuk mereka yang tidak bisa mengikuti pendidikan formal.
Sebagaimana tersirat dari namanya, implementasi TP juga berpotensi tinggi untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Pemanfaatan TP akan membantu guru dalam menyajikan materi pembelajaran secara lebih menarik dan interaktif melalui penggunaan video edukasi, simulasi digital, dan gamifikasi pembelajaran.
Melalui LMS, guru dipermudah untuk mengatur materi, tugas, dan penilaian secara terstruktur. Pemanfaatan TP berbentuk AI dalam pendidikan juga diyakini akan memberikan pengalaman belajar yang dapat dipersonalisasi sebagaimana kebutuhan murid.
MISKONSEPSI TENTANG TP
Karena TP adalah kombinasi dari alat, metode, dan strategi yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, dengan berkembangnya teknologi digital, TP terus berkembang untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik bagi guru dan murid di berbagai lingkungan pendidikan.
Itu membuat TP menjadi salah satu elemen penting dalam dunia pembelajaran modern. Sayang, seiring dengan berkembangnya teknologi, muncul berbagai kesalahpahaman atau miskonsepsi yang sering kali menghambat pemanfaatan optimal TP.
Pertama, TP hanya tentang perangkat keras dan lunak. Banyak orang beranggapan bahwa TP hanya melibatkan penggunaan perangkat keras seperti komputer, tablet, atau proyektor serta perangkat lunak seperti aplikasi pembelajaran atau platform e-learning.
Padahal, TP mencakup lebih dari sekadar alat. TP melibatkan pendekatan pedagogis, desain pembelajaran, dan strategi implementasi yang efektif untuk mendukung proses belajar-mengajar.
Kedua, TP akan otomatis membuat pembelajaran menjadi lebih baik. Anggapan bahwa penggunaan teknologi secara otomatis meningkatkan kualitas pembelajaran adalah salah kaprah. Teknologi hanyalah alat.
Efektivitasnya bergantung pada bagaimana alat tersebut digunakan. Tanpa strategi pedagogis yang tepat, teknologi tidak akan memberikan dampak signifikan pada hasil belajar.
Ketiga, semua guru dapat langsung menerapkan TP dengan baik. Meski TP dirancang untuk mempermudah proses pembelajaran, tidak semua guru memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk menggunakannya secara efektif.
Pelatihan dan dukungan berkelanjutan sangat penting agar guru dapat memanfaatkan TP dengan optimal.
Keempat, TP menggantikan peran guru. Salah satu ketakutan yang sering muncul adalah TP akan menggantikan peran dan fungsi guru. Faktanya, TP dirancang untuk mendukung dan memperkuat peran guru, bukan menggantikannya. Guru tetap memiliki peran sentral dalam membimbing, menginspirasi, dan menyesuaikan pembelajaran sesuai kebutuhan murid.
Kelima, semua bentuk TP cocok untuk semua murid. Kenyataannya, tidak semua TP cocok untuk semua murid. Setiap murid memiliki kebutuhan, gaya belajar, dan preferensi yang berbeda. Karena itu, penting untuk memilih TP yang sesuai dengan kebutuhan individu dan konteks pembelajaran.