7 Pemikiran Denny JA tentang Agama dan Spiritualitas di Era AI Layak Jadi Kurikulum PT

Jumat 14-02-2025,13:01 WIB
Reporter : Raka Denny
Editor : Heti Palestina Yunani

3. Agama bukan lagi satu-satunya panduan hidup bahagia dan bermakna

Ilmu pengetahuan modern, seperti psikologi positif, menawarkan jalan lain menuju kebahagiaan berdasarkan riset. Denny JA merumuskannya dalam formula 3P + 2S yakni Personal Relationship, Positivity, Passion, Small Winning, dan Spirituality.

Hidup yang bermakna bisa diperoleh dengan memiliki hubungan personal yang hangat, berpikir positif, memiliki passion atas hidupnya, memiliki sense of purpose, hingga mendalami spiritualitas.

BACA JUGA: Dana Abadi Denny JA Didedikasikan untuk Festival Puisi Esai yang Padukan Seni, Fakta, dan Kemanusiaan

4. Era AI mengubah peran otoritas agama 

Dengan akses informasi yang luas, individu menjadi lebih mandiri dalam menafsirkan iman mereka, mengurangi ketergantungan pada otoritas keagamaan tradisional.

5. Agama semakin menjadi warisan kultural milik bersama

Perayaan hari raya agama kini dirayakan secara sosial oleh semua orang, bukan hanya penganutnya, menunjukkan bahwa agama berkembang menjadi tradisi kultural. Ada kecenderungan universalisasi pesan agama.

Sehingga pesan agama itu juga bisa dinikmati oleh mereka yang bukan penganut agama itu. Meditasi yang awalnya dari tradisi Hindu dan Budha kini bisa dinikmati oleh mereka yang tak beriman kepada Hindu dan Buddha.

BACA JUGA: Denny JA Pastikan Seni Terus Hidup di Masa Depan dengan Tiga Kontribusinya Ini

6. Tafsir agama yang bertahan adalah yang selaras dengan HAM 

Tafsir agama yang mendukung kesetaraan dan HAM cenderung lebih diterima dan bertahan dalam masyarakat moderen. Dulu perbudakan, ketidaksetaraan lelaki dan perempuan pernah didukung tafsir agama di zamannya. Tapi tafsir itu layu karena zaman lebih memilih tafsir yang sesuai dengan HAM.

7. Komunitas adalah kunci sosialisasi gagasan spiritual baru

Gagasan spiritual hanya bertahan jika didukung oleh komunitas yang menghidupkannya, dengan merayakan nilai-nilai universal dan inklusif.

Demikian ketujuh poin Denny JA. “Tentu akan ada kritik atas teori Denny JA ini. Pandangan Denny JA dianggap terlalu menekankan rasionalitas dan perubahan sosial tanpa cukup mempertimbangkan dimensi transendental agama,” ujar Gaus.

BACA JUGA: Jelang Coblosan, Elektabilitas Khofifah-Emil Tembus 67 Persen di Survei LSI Denny JA

Kategori :