Panoptikon Digital Bernama AI

Panoptikon Digital Bernama AI

AI hadir sebagai pengawas tak kasatmata yang mempengaruhi cara kita berpikir, berinteraksi, dan membuat keputusan setiap hari.--Getty Images

HARIAN DISWAY - Dalam beberapa kesempatan berdiskusi dengan rekan kerja atau teman kuliah tentang tugas yang harus diselesaikan, frasa artificial intelligence (AI) hampir selalu muncul di tengah obrolan. Ia semacam solusi cepat dan instan untuk mengatasi kebuntuan berpikir.

Bagi sebagian orang, hal itu adalah sesuatu yang normal di era kiwari. Pasalnya, dalam beberapa tahun ini perkembangan AI cukup pesat. Penetrasinya dalam kehidupan sosial begitu masif, karena didukung tingginya pengguna internet.

Semula hanya berupa teks, gambar, atau suara. Ketika belum tuntas mengejar kemajuan itu, baru-baru ini muncul AI kombinasi dari ketiganya: Google Veo 3.

BACA JUGA: Ada Sesuatu yang Tidak Bisa Digantikan oleh Artificial Intelegence

Linimasa platform media sosial sudah penuh sesak dengan kreativitas pengguna Veo 3. Jika diperhatikan dengan seksama, hasilnya begitu estetis dan terkesan realistis. Dikutip dari deepmind.google, Veo 3 merupakan pertemuan dari video dan audio yang dirancang untuk membuat film dan pencerita. 

Dengan kemampuan ini, siapa pun dapat membuat video kualitas tinggi bermodalkan prompt sederhana melalui Veo 3. Pertanyaan kritis kemudian muncul, dari mana semua data yang begitu kompleks itu didapat?

Apakah data diambil melalui pengawasan tak terlihat secara terus-menerus, kemudian diolah secara ilmiah oleh pengembang AI yang turut mendukung industri AI berkembang dengan pesat?

BACA JUGA: Memahami Kecanggihan Artificial Intelligence (AI) yang Menggerus Lapangan Pekerjaan

Model pengawasan yang dilakukan AI mengingatkan pada konsep panoptikon yang diulas Michel Foucault dalam bukunya Discipline and Punish: The Birth of the Prison (1977). panoptikon dikenalkan oleh filsuf Inggris Jeremy Bentham sebagai desain penjara yang membuat seorang pengawas dapat mengawasi tahanan, tanpa diketahui oleh tahanan tersebut.


Struktur panoptikon karya Jeremy Bentham jadi metafora kuat dalam menjelaskan kekuasaan tersembunyi AI terhadap masyarakat digital.--designingbuildings

Desain bangunan penjara besar ini bulat melingkar dengan sisi-sisi lingkaran terdapat sel tahanan. Pada bagian tengah terdapat sebuah menara pengawas yang bisa melihat ke segala arah, terutama ke sel tahanan. Setiap sel terdapat dua jendela berukuran besar, satu menghadap ke menara pengawas, satu menghadap ke luar.

Struktur bangunan penjara tersebut memberi kemudahan kepada para pengawas mengamati dari jauh segala tindak tanduk dalam ruang tahanan. Akan tetapi, para tahanan tidak tahu dan tidak bisa melihat siapa yang sedang mengawasi posisi mereka dari jauh tersebut. Yang perlu digarisbawahi adalah mekanisme pengawasan panoptikon, bukan bangunan fisiknya.

BACA JUGA: Mengenal Tiga Prodi Baru di Untag Surabaya: Fakultas Kedokteran, Artificial Intelligence, dan Teknologi Rekayasa Manufaktur

Konsep panoptikon menjadi sebuah metafora bagi masyarakat disiplin modern dan kecenderungannya yang menyebar dalam mengawasi dan menormalisasi. Cara-cara panoptikon cukup baik menjelaskan operasi kekuasaan yang tersebar dalam diri setiap individu melalui sistem dan tatanan, yang kemudian "memaksa " individu mengikutinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: