Bahasa Ibu di Era Kecerdasan Buatan

Senin 17-02-2025,05:33 WIB
Oleh: David Segoh*

Proyek-proyek seperti itu sudah dilakukan di beberapa negara dan Indonesia bisa belajar dari sana.

KOLABORASI UNTUK MASA DEPAN

Agar teknologi dan AI benar-benar bisa menjadi solusi, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, perusahaan, dan komunitas. Pemerintah punya peran penting dengan mendanai proyek-proyek dokumentasi bahasa dan mengharuskan bahasa daerah menjadi bagian penting dari kurikulum. 

Perusahaan teknologi bisa berkontribusi dengan mengembangkan aplikasi yang ramah bahasa daerah, sementara komunitas lokal bisa menjadi garda terdepan dalam penggunaan dan promosi bahasa ibu.

Pendidikan di rumah juga kunci. Anak-anak harus diajarkan untuk bangga dengan bahasa daerah mereka, sambil tetap belajar bahasa Indonesia dan Inggris. Teknologi bisa menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, memastikan bahwa bahasa ibu tidak sekadar bertahan, tetapi justru makin berkembang.

MENJAGA WARISAN, MEMBANGUN MASA DEPAN

Bahasa ibu adalah harta karun yang tak ternilai. Ia adalah suara leluhur kita dari ribuan tahun yang lalu, yang membisikkan ke kita tentang cara hidup, nilai-nilai, dan kebajikan yang telah teruji oleh waktu. 

Di era digital ini, telah muncul alat yang jauh lebih kuat daripada sebelumnya untuk melestarikan warisan ini. Jangan jadikan teknologi dan AI sebagai ancaman. Di sisi lain, kita harus menggunakannya dengan bijak.

Mari kita bayangkan masa depan di mana anak-anak Indonesia bisa berbicara dalam bahasa daerah mereka sambil memanfaatkan teknologi canggih. Masa depan di mana bahasa Jawa, Sunda, Batak, atau bahasa-bahasa lokal Papua tidak hanya sekadar hidup dalam ingatan, tetapi juga muncul secara aktif dan dinamis dalam percakapan sehari-hari, di media sosial, dan bahkan dalam algoritma AI. 

Itu sama sekali bukan mimpi yang mustahil –tapi, kita harus bertindak sekarang. AI tidak akan ke mana-mana. Malah, keberadaannya akan makin mencengkeram dengan kuat, terutama di antara anak-anak kita.

Adalah tugas bersama untuk merawat bahasa ibu di era kecerdasan buatan itu. Dengan memanfaatkan teknologi dan AI, kita harus pastikan bahwa bahasa-bahasa daerah tidak hanya bertahan dalam kembang kempis napas mereka, tetapi juga berkembang dengan sehat dan dinamis. 

Itu tidak hanya tentang melestarikan kata-kata, tetapi juga untuk menjaga identitas dan kebanggaan sebagai bangsa yang kaya akan budaya. Bagaimanapun, bahasa adalah jiwa suatu bangsa. Jiwa itu pun harus senantiasa hadir di sanubari setiap insan Indonesia sampai kapan pun. Siapkah kita? (*)

*) David Segoh adalah dosen Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga

 

Kategori :