Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (6): It is Our Dream

Rabu 18-06-2025,10:00 WIB
Reporter : Mushonnifun Faiz S *)
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Mendapatkan kabar baik dari Finlandia tentu bersyukur. Tapi inilah dilema kami: saya, istri, dan keluarga kecil ini. Tapi, dalam hati saya camkan untuk bisa membawa keluarga ikut serta.

Tinggal di luar negeri bersama adalah impian kami sejak awal menikah. Tidak LDM juga prinsip yang kami perjuangkan. Namun, dengan kondisi istri baru diterima kerja, visa yang belum pasti, serta housing yang cukup susah apalagi untuk family size, tentu kami hanya bisa berikhtiar.

Setelah mencermati kontraknya, saya kaget. Tapi supervisor saya meyakinkan akan membantu untuk mendapat funding. Worst case-nya jika tidak dapat, maka saya akan dilibatkan untuk membantu proyek atau mengambil peran lebih dalam teaching mata kuliahnya sehingga saya tetap mendapat 100 persen funding


Foto Mushonnifun Faiz Sugihartanto sekeluarga saat musim autum di Töölö, Helsinki, Finlandia.--Mushonnifun Faiz S

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (8): Menang Desain Logo Indonesia–Turkiye

”Bagaimana, Dik? Ternyata funding-nya 100 persen di tahun pertama. Tahun-tahun selanjutnya nanti cuma digaji 50 persen. Sisanya diminta mencari apply funding eksternal dari research foundation di Finlandia. Diambil apa nggak ini?,” tanya saya kepada istri.

“Ambil saja Mas. Bismillah. Istikharah dulu. It’s our dream. Ini Finlandia loh. Negara yang family support-nya bagus, pendidikan anak usia dini juga bagus,” kata istri saya. 

“Kerjaanmu gimana? It’s our dream too. Kamu bisa terjun ke masyarakat untuk membantu ekskalasi sistem kesehatan, kan? Aku bisa reject offer ini kok, toh masih kerja jadi dosen. Jadi ya no worries, kamu bisa habisin kontrak dulu,” lanjut saya. 

Kami menghela napas. Waktu itu pilihannya adalah saya berangkat dulu sembari istri menghabiskan kontrak kerjanya selama setahun. Pada tahun selanjutnya, dia baru menyusul. 

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (7): Diskon Bus dan Museum

Apalagi di sisi lain dia juga punya impian untuk S2. Ya, sejak 2018, istri saya sudah mencoba mendaftar puluhan beasiswa S2. Aneka macam ikhtiar tapi belum juga mendapat rezekinya meski sempat dua kali sampai tahap interview LPDP. 

Di Finlandia, jika saya mendapatkan pekerjaan di sana (karena studi S3 di Finlandia dianggap sebagai bekerja, dan di gaji universitas), maka otomatis saya membayar pajak dari gaji yang cukup. 

Namun, salah satu benefit-nya adalah pendidikan gratis dari early childhood education sampai S2, bahkan S3 di sini juga gratis bahkan digaji. Sehingga istri saya ada peluang untuk mendapatkan S2 gratis dengan syarat mendapatkan residence permit. Tapi itu belum pasti karena mendaftar universitas di sana bersaing dengan pendaftar yang lain. 

Setelah berdiskusi sampailah kami kepada keputusan bahwa kami berangkat bersama jika terpenuhi dua hal. Pertama, visa kami semua di-approove. Sebab saat itu dari pihak migrasi di Finlandia memperketat syarat masuk dan harus memastikan ada saving yang cukup di bank agar visa di-approove


Bersama istri selepas appoinment di Kedutaan Besar Finlandia di Jakarta. Foto di depan Kedutaan Besar Finlandia, di Kuningan Jakarta.--Mushonnifun Faiz S

Kategori :