BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (6): Cappadocia di Depan Mata
Kedua, mendapat housing yang proper untuk keluarga. Saya mendengar cerita beberapa teman berpindah-pindah housing karena tidak mendapat tempat yang proper untuk keluarga. Bahkan beberapa terpaksa di housing private bukan student dan itu sangat mahal.
Proses pengurusan residence permit untuk yang berkeluarga ternyata membutuhkan beberapa dokumen tambahan. Misal buku nikah harus di translasi, akta kelahiran anak, kartu keluarga, bahkan apostille dari Kemenkumham.
Khawatir jika mengurus sendiri akan lama, maka saya memasrahkan mengurus ke agen. Sekitar Mei kami baru men-submit berkasnya dan membuat appointment di Kedutaan Besar Finlandia di Jakarta.
Sementara itu, kami juga mengurus Visa D di samping residence permit. Alasannya, proses pengurusan bisa sampai 3 bulan dan kartu akan dikirim dari Finlandia. Sementara pada 1 Agustus, saya sudah memulai program S3.
Dengan visa D, jika sudah di-approove, akan langsung dicetak di Jakarta, sehingga proses bisa lebih cepat. Sehingga dengan Visa D, kami bisa masuk ke Finlandia, dan residence permit dikirim.
Pada 6 Juni 2024 kami pergi ke Jakarta untuk mengurus residence permit bersama. Selepas itu kami menunggu kepastian. Katanya bisa memakan tiga bulan. Sehingga bayang-bayang itu akan datang terlambat pun menghantui kami.
Sembari itu, saya mengirim berkas aplikasi housing. Namun, sejak saya di terima sampai Juni awal belum juga ada tawaran. Benarlah, Allah Mahabaik. Pada 12 Juni 2024, ada tawaran housing dari salah satu penyedia housing. Ukurannya cukup untuk satu keluarga kami.
Berjarak sehari, 13 Juni 2024, ada notifikasi email bahwa aplikasi kami semua disetujui. Alhamdulillah bini’matihi tathimmusshaalihaat. Karena dua hal tersebut terpenuhi dan setelah kami berkonsultasi dengan guru mengaji, maka akhirnya istri harus merelakan keluar dari pekerjaannya. Akhir bulan itu juga setelah mendapatkan kembali Visa D kami dari Jakarta, kami membeli tiket pesawat.
BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (5): Rayakan Iduladha dengan Opor Ayam
Juni dan Juli 2024 menjadi bulan tersibuk. Seperti membereskan pekerjaan dan mempersiapkan take-over pekerjaan. Sampai-sampai kami baru bisa pulang ke kampung halaman, di Malang, hanya seminggu sebelum keberangkatan. Di antara waktu packing yang hanya seminggu, kami juga harus pamit keluarga di Mojokerto dan Jombang.
Akhirnya hari keberangkatan itu tiba: 27 Juli 2024. Di Bandara Juanda Surabaya, kami diantar keluarga besar. Termasuk guru mengaji kami yang memberikan dukungan. Tangis haru mewarnai perpisahan.
Perjalanan menuju Eropa dimulai. Itu pengalaman kedua bagi saya dan yang pertama bagi istri dan anak semata wayang kami. (*)
(*/Heti Palestina Yunani)
Indeks: Perjalanan dari Singapura, Turki, hingga Finlandia. Baca besok…