HARIAN DISWAY - Menjelang bulan suci Ramadan 1446 H, tim pemantau di berbagai wilayah Indonesia melakukan rukyat hilal untuk menentukan awal puasa.
Rukyat hilal merupakan metode pengamatan bulan sabit muda pertama yang digunakan sebagai penentu awal bulan Hijriah, termasuk Ramadhan.
Pemantauan hilal berlangsung pada Jumat, 28 Februari 2025, di 125 titik yang tersebar di seluruh Indonesia. Hasil rukyat kali ini menunjukkan perbedaan di berbagai lokasi.
BACA JUGA:Kemenag Rilis 125 Titik Pemantauan Hilal Awal Ramadan 2025, Ini Lokasinya!
Beberapa wilayah berhasil melihat hilal, sementara sebagian lainnya tidak dapat mengamati hilal karena berbagai kendala, seperti kondisi cuaca yang mendung dan keterbatasan visibilitas.
Indonesia telah menggunakan kriteria kesepakatan Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) sebagai penentu awal bulan Hijriyah. Patokannya adalah tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.
Wilayah yang Berhasil Melihat Hilal
BACA JUGA:BRIN Prediksi Awal Puasa Ramadan 2025 Tidak Berbarengan, Ini Penjelasannya
Di beberapa titik pengamatan, tim rukyat melaporkan bahwa hilal berhasil terlihat, menandakan masuknya bulan Ramadhan.
Aceh
Di Aceh, tim Falakiyah Kementerian Agama (Kemenag) Aceh memastikan hilal terpantau di wilayah mereka.
Berdasarkan data dari markaz Lhoknga, posisi hilal sudah berada 4,67 derajat di atas ufuk dengan elongasi 6,4 derajat secara geosentris.
BACA JUGA:8 Ramadan Goals untuk Meningkatkan Kualitas Ibadah dan Hidup Lebih Produktif
Kondisi langit di wilayah ini cukup cerah, sehingga pengamatan dapat dilakukan dengan baik tanpa gangguan awan tebal.
Pengamatan ini dilakukan dengan bantuan teleskop dan dikonfirmasi oleh beberapa saksi yang bertugas.
Keberhasilan melihat hilal di Aceh ini membuka kemungkinan umat Islam di Indonesia memulai puasa secara bersamaan.
BACA JUGA:Dampak Ramadan pada Pola Konsumsi Digital Masyarakat