Ramadan dan Fenomena Lomba Keagamaan: Masihkah Anak Muda Antusias?

Rabu 12-03-2025,12:30 WIB
Reporter : Pingki Maharani*
Editor : Heti Palestina Yunani

Salah satu strategi yang diterapkan adalah memanfaatkan media sosial sebagai platform utama. Misalnya, lomba ceramah kini banyak yang dikemas dalam bentuk video pendek yang bisa diunggah ke TikTok atau Instagram. Begitu pula dengan lomba tilawah, yang tak lagi hanya digelar secara langsung tetapi juga bisa dilakukan secara daring.


Peserta lomba dakwah kreatif menunjukkan bakat mereka dalam storytelling, mengajak teman-teman belajar dengan cara yang menyenangkan. -najmashinecare-Pinterest

BACA JUGA: Gaya Ramadan Zilenial: Apakah Gen Z dan Milenial Punya Tradisi yang Berbeda?

Selain itu, konsep lomba mulai diperbarui dengan pendekatan yang lebih interaktif dan kreatif. Jika dulu lomba dakwah hanya berupa pidato formal, kini ada yang mengemasnya dalam bentuk storytelling, konten visual, atau diskusi ringan yang lebih engaging.

Pada akhirnya, esensi dari lomba-lomba keagamaan bukan hanya soal menang atau kalah. Yang lebih penting adalah bagaimana kegiatan ini dapat menjadi sarana untuk memperkuat nilai-nilai keislaman, menumbuhkan semangat kebersamaan, serta mempererat hubungan antargenerasi.

BACA JUGA: Mengatur Pola Hidup agar Ramadan Lebih Nyaman

Meskipun minat anak muda terhadap lomba-lomba keagamaan mungkin mengalami perubahan, bukan berarti mereka kehilangan semangat dalam memperdalam agama.

Yang dibutuhkan adalah pendekatan yang lebih sesuai dengan karakter dan kebiasaan mereka saat ini. Dengan inovasi yang tepat, bukan tidak mungkin lomba-lomba ini tetap menjadi bagian penting dari tradisi Ramadhan di masa mendatang. (*)

*) Pingki Maharani, mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya

Kategori :