Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap atas Dugaan Kejahatan Kemanusiaan

Selasa 11-03-2025,13:54 WIB
Reporter : Shabrina Wa Zakiah*
Editor : Taufiqur Rahman

Ia menambahkan, “Surat perintah dari ICC itu belum diserahkan secara fisik,” imbuhnya. 

Namun, bagi keluarga korban, penangkapan ini adalah berita yang menggembirakan. 

BACA JUGA:Inilah Dampak Konsumsi Narkoba Termasuk Ganja

Rubilyn Litao, koordinator Rise Up for Life and for Rights , menyatakan, “Para ibu yang suami dan anaknya dibunuh karena perang narkoba sangat senang karena mereka telah menunggu hal ini sejak lama,” ungkapnya dilansir dari AFP.

Rise Up for Life and for Rights adalah sebuah organisasi atau gerakan advokasi di Filipina yang didirikan untuk mendukung keluarga korban perang terhadap narkoba yang dilakukan selama masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte.

Human Rights Watch juga menyambut langkah tersebut dan meminta Presiden Filipina saat ini, Ferdinand Marcos Jr. untuk menyerahkan Duterte ke ICC. 

BACA JUGA:UU KUHP Baru: Pengguna Narkoba Adalah Korban, Cukup Direhabilitasi, Tak Perlu Dipenjara

Meski Filipina menarik diri dari ICC pada 2019 atas perintah Duterte, ICC tetap menganggap berwenang mengusut kasus yang terjadi sebelum penarikan itu, termasuk pembunuhan di Davao saat Duterte menjadi wali kota.

Penyelidikan ICC dimulai September 2021, sempat ditunda, dan kembali dilanjutkan Juli 2023 setelah hakim ICC menolak argumen pemerintah Filipina bahwa ICC tidak punya yurisdiksi.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Kantor Komunikasi Presiden, Claire Castro, menegaskan, “Jika Interpol meminta bantuan dari pemerintah, maka pemerintah wajib mengikuti,” tegasnya dikutip dari AFP. 

BACA JUGA:Inilah Modus-Modus Pengedaran Narkoba

Duterte sendiri hingga kini masih menjadi tokoh politik berpengaruh di Filipina dan mencalonkan diri kembali sebagai walikota Davao untuk pemilu pada Mei 2025.

Selama masa jabatannya, Duterte dikenal keras terhadap pelaku narkoba. Ia pernah memerintahkan polisi untuk menembak mati tersangka jika nyawa mereka dianggap terancam. 

Pada sidang penyelidikan Senat, Oktober 2024, Duterte mengatakan, “Saya melakukan apa yang harus saya lakukan. Percaya atau tidak, saya melakukannya demi negara saya,” ucap Duterte, seperti dikutip dari AFP.

BACA JUGA:Wakil Presiden Filipina Rancang Pembunuhan Presiden

Kini, para keluarga korban berharap proses hukum terhadap Duterte bisa berjalan transparan dan membawa keadilan bagi ribuan nyawa yang hilang selama perang narkoba.(*)

Kategori :