Ke depan, harapan besar tertuju pada sinergi antara pemerintah, Pertamina, dan lembaga pengawas independen. Dengan perbaikan sistematis dan komitmen untuk selalu mengutamakan kepentingan publik, krisis kepercayaan ini dapat diatasi.
Masyarakat pun akan kembali merasa aman, seolah-olah mereka menapaki jembatan yang kokoh di atas sungai deras, yakin bahwa setiap langkah diambil dengan landasan yang kuat dan penuh kejujuran.
Pada akhirnya, fenomena pengoplosan ini harus menjadi pembelajaran berharga bagi seluruh ekosistem energi nasional. Integritas tidak dapat dinegosiasikan dan janji premium yang diberikan harus benar-benar sejalan dengan realitas yang dirasakan oleh konsumen.
BACA JUGA: Kejagung Periksa Tiga Saksi Baru Kasus Korupsi Pertamina, Satu Berasal Dari Kementerian ESDM
Dengan tekad bersama, kita dapat membuka lembaran baru di mana setiap liter bahan bakar yang dijual merupakan cerminan dari dedikasi dan tanggung jawab kepada masyarakat.
Saatnya Pertamina menata ulang kompasnya, memperbaiki fondasi kepercayaan, dan kembali menjadi mercusuar yang menerangi jalan bagi perekonomian nasional.
Bukan sebagai kapal yang tersesat di tengah badai, melainkan sebagai pelita yang konsisten menuntun setiap pelayaran menuju fajar baru yang penuh harapan. (*)
Hadi Asrori*
*) Mahasiswa S2 Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga