Melihat itu, Mary menganggap itu hal serius. Dia menduga, Rebecca memperdaya Keri jadi lesbian.
Sepulang Rebecca, Mary mengultimatum Keri, dilarang berdekatan lagi dengan Rebecca. Keri menangis, tapi dia mengatakan akan memutus hubungan dengan Rebecca.
Ternyata tidak. Keri-Rebecca tidak putus. Diam-diam dia terus menjalin hubungan dengan Rebecca.
Teman sekolah Keri yang akrab tahu, hubungan Keri-Rebecca tidak sehat. Terutama, Rebecca berkarakter posesif.
Suatu hari ayah Keri, Don, pulang, kondisi rumah sepertinya kosong. Ternyata ada Keri yang sedang mandi. Saat keluar dari kamar mandi, Keri bersama Rebecca.
Don memarahi Keri. Rebecca pun pulang.
Kejadian itu diceritakan Don kepada istrinya, Mary. Pasti, Mary marah. Dia mengancam akan lapor polisi jika Rebecca masuk rumah itu lagi. Keri minta maaf ke Mary.
Suatu malam Mary terjaga dari tidur. Dia jalan ke kamar Keri, memeriksa apakah gadis itu sudah tidur?
Ternyata di kamar ada Keri dan Rebecca. Mary kaget. Langsung telepon polisi. Melaporkan, ada orang masuk rumah tanpa izin. Rebecca ditangkap, ditahan beberapa hari.
Hal itu membuat Rebecca dendam. Ternyata Keri mendukung Rebecca yang akan balas dendam ke ibunda Keri. Mereka Menyusun strategi.
Suatu malam, pada Juli 2012, Keri cuma tinggal berdua dengan ibunyi. Ayah dan kakaknyi kerja dinas malam. Itulah hari balas dendam.
Keri keluar rumah, pinjam telepon tetangga, menghubungi 911, layanan darurat yang terkoneksi ke polisi.
Dalam telepon, Keri melaporkan bahwa ibunyi terjebak di dalam rumah karena ada pria penyerang masuk rumah melalui pintu belakang. ”Ibu saya sekarang berteriak minta tolong….”
Petugas 911 menanyakan lokasi rumah Keri. Disebutkan.
Cepat, tim polisi tiba di TKP. Menemui Keri. Masuk ke rumah. Ditemukan, Mary telentang di tempat tidur. Berlumuran darah. Diperiksa, ada 73 luka tusuk di lengan, dada, wajah, dan kaki. Luka tenggorokan paling parah. Sudah tewas.
Polisi mengamati kaca jendela pecah di dekat pintu belakang. Itu mencurigakan.