Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Terselip Kritik untuk Penguasa

Senin 07-04-2025,08:00 WIB
Reporter : Ivo Irvansyah*
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Bait lainnya juga memotret suasana Lebaran di era 1950-an, menggambarkan kehidupan kala itu. Terutama kehidupan masyarakat desa yang datang ke kota dengan pakaian serba baru, menaiki trem dan berjalan-jalan hingga kakinya lecet, dalam lirik disebut lecet berabe. Itu digambarkan dengan jenaka.


Ismail Marzuki-Yovita Aridita-Pinterest 

Dari segala penjuru mengalir ke kota

Rakyat desa berpakaian baru serba indah

Setahun sekali naik terem listrik perey

Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore

Akibatnya tengteng selop terompe

Kakinya pada lecet babak belur berabe

Tak hanya itu, Ismail juga mendeskripsikan secara jelas perbedaan cara orang desa dan kota dalam merayakan lebaran.

Ia menyelipkan kritik tajam terhadap perilaku masyarakat kota yang menggunakan kesempatan itu untuk berjudi, bermanbuk-mabukan, hingga bersikap kasar pada istri.

BACA JUGA:5 Tradisi Lebaran Unik di Berbagai Daerah di Indonesia

Cara orang kota berlebaran lain lagi

Kesempatan ini dipakai buat berjudi

Sehari semalam maen ceki mabuk brendy

Pulang sempoyongan kalah main pukul istri

Gambaran lirik tersebut seperti menampar kaum urban pada masa itu. Mereka lekat dengan kekerasan dalam rumah tangga. Penggambaran itu tidak berbeda dengan kondisi Indonesia pasca kemerdekaan. 

Kategori :