Mengalihkan semua beban moral dan politik itu ke pundak Prabowo dalam waktu yang begitu singkat justru terkesan manipulatif.
Soal revisi UU TNI yang dianggap sebagai sinyal militerisme baru juga perlu dilihat dengan kacamata yang lebih jernih. Keikutsertaan prajurit aktif dalam jabatan sipil bukanlah monopoli rezim militeristik.
Banyak negara demokratis, misalnya, Amerika Serikat dan Prancis, yang mengatur peran terbatas bagi militer dalam tugas-tugas sipil, selama berada dalam kerangka hukum yang transparan dan diawasi.
BACA JUGA:Demokrasi Santun ala Prabowo
BACA JUGA:Palang Pintu Prabowo
Menyederhanakan revisi UU TNI sebagai bentuk kemunduran sipilisme hanya karena memori masa lalu justru melemahkan diskursus yang lebih rasional tentang reformasi pertahanan dan keamanan negara.
Kritik yang sehat semestinya mempertimbangkan konteks global dan kebutuhan nasional, bukan sekadar fobia sejarah.
Ekonomi Prabowo yang disebut sebagai prabowonomics dan dituding sebagai politik patronase karena bagi-bagi uang juga terburu-buru disimpulkan sebagai manipulasi massa.
BACA JUGA:Transformasi Ekonomi ala Prabowonomics: Solusi atau Delusi?
BACA JUGA:Menguji Komitmen Prabowo Menyelamatkan Sritex: Serius atau Omon-Omon Belaka?
Dalam konteks demokrasi sosial, kebijakan redistributif yang memberikan manfaat langsung kepada rakyat kecil bukanlah bentuk patronase, melainkan salah satu prinsip keadilan distributif sebagaimana dirumuskan John Rawls.
Apakah negara tidak boleh memberikan bantuan tunai kepada rakyatnya yang membutuhkan hanya karena khawatir disebut populis? Jika kita mau jujur, praktik serupa terjadi di banyak negara demokrasi, dari stimulus AS hingga bantuan kesejahteraan sosial di Eropa.
Yang membedakan bukan apakah negara memberi atau tidak memberi, melainkan apakah pemberian itu memiliki dasar hukum, transparansi fiskal, dan tujuan kesejahteraan yang jelas. Tanpa itu, segala bentuk kebijakan sosial akan selalu dicurigai sebagai politik dagang sapi.
BACA JUGA:Tantangan Kabinet Prabowo Pasca Kemenangan Trump
BACA JUGA:Selamat Bekerja, Presiden Prabowo!
Ada juga nuansa sinisme yang terlalu keras terhadap perubahan sikap sebagian aktivis yang kini mendukung Prabowo. Setahu saya, Syahganda Nainggolan bukan baru kemaren sore mengenal Prabowo Subianto.