Pembunuhan Jurnalis Juwita: Melamar, tapi Ogah Nikah

Rabu 09-04-2025,21:36 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Itu terjadi karena negara menjamin hidup masyarakat. Berbagai hal yang di negara-negara miskin dan berkembang masyarakat harus bayar, misalnya sekolah, kesehatan, dan panti jompo, di sana digratiskan. 

Penganggur diberi tunjangan dan dicarikan pekerjaan. Orang tidak perlu akta kelahiran untuk bisa sekolah atau kegiatan apa pun, yang di negara-negara miskin dan berkembang hal itu jadi ajang korupsi (pungli).

Jadi, norma agama di Barat (yang mewajibkan pasangan pria-wanita berhubungan seks harus setelah menikah) dikalahkan gaya hidup masyarakat. Sebagian tokoh agama di sana tetap berusaha menikahkan pasangan kohabitasi, sebagian lagi menoleransi.

Tapi, itu di negara-negara Barat. Meskipun, di Tiongkok beberapa tahun terakhir mengalami hal serupa. Namun, dengan alasan individu pelaku yang berbeda dengan masyarakat Barat.

Dikutip dari The New York Times (TNYT), 10 Juli 2023, berjudul Why China’s Young People Are Not Getting Married, karya reporter TNYT, Nicole Hong dan Zixu Wang, diungkapkan: Muda-mudi Tiongkok kini enggan menikah karena faktor ekonomi.

Tahun 2020–2023 merupakan tahun brutal bagi kaum muda dewasa Tiongkok. Angka pengangguran mereka melonjak di tengah gelombang PHK massal. Pembatasan ketat akibat Covid berakhir, tetapi rasa ketidakpastian tentang masa depan yang ditimbulkannya belum berakhir.

Bagi banyak orang, kekacauan baru-baru ini menjadi alasan lain untuk menunda keputusan menikah. Hal itu mempersulit upaya pemerintah mencegah krisis demografi.

Contohnya, Grace Zhang, 31, pekerja teknologi yang telah lama bersikap ambivalen tentang pernikahan, menghabiskan dua bulan karantina wilayah oleh pemerintah di Shanghai 2021. Dia kehilangan kemampuan untuk bergerak bebas. Dia terjerumus dalam kehilangan kendali. 

Saat karantina di Tiongkok dibuka, Desember 2022, Grace Zhang meninggalkan Shanghai untuk bekerja dari jarak jauh, bepergian dari satu kota ke kota lain dengan harapan perubahan suasana akan mengembalikan pandangan positifnyi.

Kini, saat melihat meningkatnya PHK di sekitarnyi, dia bertanya-tanya apakah pekerjaannyi cukup aman untuk menghidupi keluarga di masa depan? Dia punya pacar, tetapi tidak berencana menikah, meskipun ayahnyi sering menasihatinyi bahwa sudah waktunya menikah.

Jumlah pernikahan di Tiongkok menurun selama sembilan tahun berturut-turut. Turun setengahnya dalam waktu kurang dari satu dekade. 

Tahun 2022 sekitar 6,8 juta pasangan mendaftarkan diri menikah. Itu jumlah terendah sejak pencatatan dimulai pada 1986. Atau turun dari 13,5 juta pada tahun 2013, menurut data pemerintah yang dirilis Juni 2023.

Juga, banyak pernikahan yang berakhir perceraian. Pada kuartal pertama 2023 tercatat 40.000 lebih pasangan menikah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara perceraian meningkat sebesar 127.000.

Hasil survei, kaum muda takut beban yang harus ditanggung karena harus menyekolahkan anak di sistem pendidikan yang sangat ketat di Tiongkok. Ketika perempuan di kota-kota mencapai tingkat kemandirian finansial dan pendidikan tinggi, pernikahan tidak lagi perlu bagi mereka.

Intinya, warga di sana ogah menikah karena faktor ekonomi meski negara Tiongkok makin kaya.

Di Indonesia pernikahan tetap wajib bagi pasangan pria-wanita yang berhubungan seks. Kecuali, banyak juga yang sembunyi-sembunyi di berbagai kamar kos di kota-kota besar. Namun, mayoritas masyarakat kita mengagungkan pernikahan.

Kategori :