HARIAN DISWAY - Dengan kemajuan teknologi yang massive, peran bercerita mulai tergantikan dengan berbagai media seperti tayangan televisi, media sosial dan online games yang begitu akrab dan menyita banyak waktu anak-anak.
Di satu sisi anak-anak memiliki kemampuan intelektual yang semakin meningkat, karena dalam mengolah semua permainan dan tayangan tersebut menuntut anak memiliki kreativitas IT dan kecerdasan yang sangat tinggi.
Namun, tanpa disadari anak-anak menjadi sosok yang individualistik. Sikap individualistik ini tentunya akan memacu anak menjadi pribadi yang tidak cerdas secara emosional dan sosialnya.
Keterlibatan anak secara emosi melalui penjelajahan karya sastra.-@Brightly-Pinterest
Dikutip dari jurnal penelitian Dessy Wardiah (2017) yang berjudul Peran Storytelling dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis, Minat Membaca dan Kecerdasan Emosional Siswa.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kecerdasan emosional adalah pelibatan anak secara emosi melalui penjelajahan karya sastra.
Sebagaimana dikatakan oleh Kayam (1988:124). Bahwa peran karya sastra sebagai salah satu sarana mengembangkan kecerdasan emosional anak, tidak terlepas dari konsep karya sastra sebagai model kehidupan.
BACA JUGA:Belajar di Tiongkok, Guru Indonesia Perkenalkan Budaya Nusantara
Artinya, karya sastra menggambarkan dunia imajiner yang memiliki hubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan dunia nyata. Cerita merupakan media yang sangat baik.
Cerita, yang diceritakan dengan baik dapat menginspirasi suatu tindakan, membantu perkembangan apresiasi kultural, kecerdasan emosional, memperluas pengetahuan anak-anak, atau hanya menimbulkan kesenangan belaka.
Story telling merupakan suatu proses kreatif anak-anak yang dalam perkembangannya akan selalu mengaktifkan bukan hanya aspek intelektual.
BACA JUGA: Bedah Mitos Parenting Lama, Orang Tua Modern Harus Open Minded
Tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan budi pekerti, emosi, seni, daya fantasi, dan imajinasi anak yang tidak hanya mengutamakan kemampuan otak kiri tetapi juga otak kanan. Berikut beberapa manfaat story telling bagi anak, di antaranya:
1. Penanaman nilai-nilai
Maksud dari penanaman nilai-nilai ini yaitu storytelling dapat menjadi sarana untuk mendidik tanpa perlu menggurui. Penanaman nilai pada anak adalah proses mendidik anak untuk memiliki dan menginternalisasikan nilai-nilai positif.