Seperti simbol dentuman pada objek seni ARTJOG 2025. Bunyi dentuman itu dihasilkan dari paduan benda-benda. Seperti drum, speaker, demung (alat musik tradisional Jawa), dan lain-lain. Diperkuat suara raungan mesin dengan permainan cahaya.
Penjelasan terhadap performance art tersebut dimuat dalam cuplikan keterangan pameran ARTJOG 2025:
Memaknai motor yang meraung dan tabuhan drum sebagai dentuman suara yang merupakan simbol demokrasi pasca Reformasi di pameran seni ARTJOG 2025. - Ilmi Bening - Harian Disway
Setelah Reformasi 1998, jalanan di kota-kota Jawa menjadi panggung terbuka bagi ekspresi demokrasi yang baru tumbuh—sebuah medan di mana suara menjadi alat utama untuk merebut perhatian publik.
Dari pengeras suara yang meraung di atas mobil bak terbuka hingga iringan motor-motor yang meraung liar dalam kampanye politik, lahirlah sebuah lanskap bunyi yang riuh dan penuh desakan.
Reraungan mesin juga menjadi simbol partisipasi, bahkan unjuk kekuasaan. Demokrasi hadir bukan hanya dalam wacana, tetapi juga dalam kebisingan yang mendesak, menembus ruang-ruang privat, dan memaksa setiap orang untuk menjadi pendengar—suka atau tidak.
Demokrasi mulai berangsur membaik pada masa Reformasi 1998. Pemerintah mulai terbuka dengan pendapat masyarakat.
Pada masa Orde Baru, penerapan Pancasila dianggap tidak berjalan baik dan tidak sesuai dengan implementasinya.
Masyarakat ketika itu menilai bahwa pemerintah mulai bertindak tidak adil. Apalagi dengan adanya rekrutmen politik yang tidak terbuka.
BACA JUGA:Resmi Ditutup Tisna Sanjaya, Animo Masyarakat pada ARTJOG 2024 Meningkat Dibandingkan Tahun Lalu
Objek seni yang mengeluarkan bunyi dari drum dan pengeras suara sebagai simbol demokrasi pasca Reformasi di pameran seni ARTJOG 2025.- Ilmi Bening - Harian Disway
Selain itu, sistem pemilu saat itu menghalangi oposisi untuk bersuara. Posisi eksekutif bahkan dapat dijabat dalam waktu lama. Hingga 30 tahun.
Pers dibungkam. Pemerintah Orde Baru mengeluarkan surat yang melarang pers untuk mengkritik kebijakan pemerintah.
Bagi Jompet, Reformasi seharusnya menjadi hari yang cerah untuk demokrasi di Indonesia. Di era Reformasi, pemerintah mengembalikan kebebasan pers.