ARTJOG 2025, Dentuman Suara Simbol Demokrasi Pasca Reformasi

Sabtu 26-04-2025,16:00 WIB
Reporter : Ilmi Bening
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Jompet Kuswidananto bekerja sama dengan penulis dan kurator dari Surabaya Ayos Purwoaji, mencetuskan karya seni instalasi dalam ARTJOG 2025 di lantai 3 Pasar Tunjungan, Surabaya. 

Dalam bendera yang tergantung di salah satu karya seni, terdapat rangkaian kalimat seruan:

Bangunlah rakyat Indonesia. Bersiaplah segera. Singkirkan segala penindasan. Empatikan kemiskinan, buruh, tani, dan kaum muda, serta rakyat semua.

Jadi partisan demokrasi. Lawan tirani. Partai Rakyat Demokratik untuk rakyat tertindas. Membangun masyarakat baru di dalam keadilan.

BACA JUGA:Chandelier dan Nilai Religius Penduduk Banten dalam Pameran Seni Instalasi ARTJOG 2025

Tumbangkan sistem penindasan. Bangun sistem kerakyatan. Musnahkan alat feodal. Pasti rakyat kan merdeka (menang).

Karya itu mengajak publik, khususnya generasi masa kini, untuk turut merasakan momen Reformasi 1998. Seruan itu umum didengungkan dalam pergerakan-pergerakan rakyat ketika itu.

Objek-objek seni instalasi karya Jompet dan Ayos merupakan karya bergenre kontemporer. Memanfaatkan berbagai hal. Seperti benda bergerak, alat musik, karya tulis berisi seruan-seruan, dan permainan lighting atau cahaya.

BACA JUGA:Seni Instalasi Chandelier di ARTJOG 2025, Cerminkan Harapan Rakyat Indonesia dalam Remuknya Demokrasi

Karya Jompet membuat pengunjung berinteraksi dengan kisah di dalamnya. Tak hanya dari era Reformasi. Tapi juga era kolonial dan peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan sejarah dan perkembangan politik tanah air.


Jompet Kuswidananto bersama tim ARTJOG 2025 di Hotel Majapahit, Jalan Tunjungan, Surabaya. - Boy Slamet - Harian Disway

Era reformasi, misalnya, tak bisa dipungkiri bahwa itu merupakan masa-masa gelap Indonesia. Diperparah dengan krisis moneter.

Demo, kerusuhan, dan gerakan protes di mana-mana. Rakyat Indonesia menuntut presiden Soeharto lengser. Karena dianggap gagal mengatasi perekonomian negara. Pun, maraknya korupsi, nepotisme, kolusi, serta berbagai hal yang tidak selaras dengan prinsip Pancasila maupun UUD 1945.

BACA JUGA:18 Tahun ARTJOG: Dari Kegelisahan Seniman, Menjadi Lebaran Seni

Usai masuk ke era Reformasi, keadaan lebih baik daripada sebelumnya. Sebab, masyarakat sudah cenderung bebas untuk menyampaikan pendapat. Demokrasi pun hidup kembali.

Kategori :