Sementara itu, puluhan negara lain menghadapi tenggat waktu selama 90 hari yang akan berakhir pada Juli untuk mencapai kesepakatan dengan AS dan menghindari tarif tambahan yang bersifat spesifik negara.
BACA JUGA:Antisipasi Tarif Trump, Indonesia Alihkan Ekspor ke Eropa dan Australia
Berbeda dengan banyak negara tersebut, Tiongkok menyatakan siap melawan perang dagang hingga akhir jika diperlukan.
Tiongkok mengakui bahwa perekonomiannya tengah menghadapi tekanan akibat ketidakpastian global. Data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas pabrik mengalami penurunan pada bulan April.
Di sisi lain, ekonomi AS juga terdampak. Laporan menyebutkan bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi yang tidak terduga dalam tiga bulan pertama tahun ini, didorong oleh lonjakan impor menjelang penerapan tarif baru.
BACA JUGA:Tarif Resiprokal ala Trump: Senja Kala Era Perdagangan Bebas?
Pemerintah Tiongkok tetap konsisten dalam sikapnya. Jika harus bertarung, mereka siap sampai akhir. Namun jika AS ingin membuka dialog yang setara, pintu negosiasi tetap terbuka lebar.
Beijing kembali menegaskan bahwa perang tarif dan konflik dagang bermula dari kebijakan sepihak AS, dan bahwa solusi yang adil hanya dapat dicapai jika AS mencabut kebijakan tersebut.(*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.