Tarif Resiprokal ala Trump: Senja Kala Era Perdagangan Bebas?

Tarif Resiprokal ala Trump: Senja Kala Era Perdagangan Bebas?

ILUSTRASI Tarif Resiprokal ala Trump: Senja Kala Era Perdagangan Bebas?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

TAMPILNYA kembali Donald Trump setelah periode pertamanya berkuasa pada 2016–2020 seakan menegaskan kepada khalayak dunia bahwa publik Amerika Serikat (AS) menginginkan sosok pemimpin bangsa yang mampu mempersonifikasikan diri sebagai figur yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negerinya. 

Yakni, yang memiliki karakteristik nasionalisme, proteksionisme, dan populisme. Nah, itu ada pada sosok Donald Trump, pengusaha real estat dan pemilik jaringan media yang sukses.

Gaya Trump sering kali kontroversial dan mengutamakan prinsip America First yang berfokus pada kebijakan ekonomi domestik yang cenderung proteksionis dan nasionalis. Trump dikenal dengan slogan Make America Great Again serta pendekatannya yang tegas. 

BACA JUGA:Indonesia Terkena 32 Persen Tarif Resiprokal Trump, Ini Dampaknya Menurut Pakar Ekonomi

BACA JUGA:Penundaan Tarif Impor Trump Bikin Lega, Indonesia Jajaki Negosiasi dengan AS

Ia tidak jarang menimbulkan kontroversi karena gaya komunikasi verbalnya yang langsung dan lugas tanpa tedeng aling-aling. 

Sebagai contoh, bagaimana publik menyaksikan Donald Trump pernah mengultimatum Kolombia disertai dengan ancaman pemberlakuan tarif impor 25 persen dan akan dinaikkan menjadi 50 persen atas barang impor dari Kolombia apabila negara tersebut berani menolak permintaan AS untuk menerbangkan para migran yang dideportasi dari AS. 

Demikian pula, Trump pernah mengancam akan mengeklaim secara sepihak terhadap Kanada dan Meksiko sebagai wilayah negara bagian AS apabila kedua negara tersebut tidak bersedia menurunkan tarif bea masuk barang-barang impor dari AS. 

BACA JUGA:Prabowo Upayakan Pertemuan dengan Trump untuk Bahas Tarif Impor

BACA JUGA:Trump Pertahankan Kebijakan Tarif Meski Tiongkok Kenakan Tarif 125% pada Barang-Barang AS

Terlebih, kepada seteru bebuyutannya, Tiongkok, Trump tak pernah sekali pun surut atau memperlihatkan tanda-tanda melunak. 

Pada periode pertama kepemimpinannya, AS dan Tiongkok terlibat dalam perselisihan dagang panjang yang tidak hanya merugikan kedua negara tersebut, tetapi juga menyeret perekonomian dunia ke dalam kubang ketidakpastian.

Kebijakan tarif resiprokal itu tidak hanya menyasar negara lawan. Tercatat sejumlah negara sekutu dekat seperti Inggris, Uni Eropa, dan Israel serta Jepang yang selama ini punya hubungan harmonis dengan AS pun tak luput dari pengenaan tarif cukup tinggi. 

BACA JUGA:Balas Amerika, Tiongkok Resmi Naikkan Tarif Impor AS Jadi 125 Persen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: