Lima Pejuang Terkuat di Kimetsu No Yaiba: Antara Iblis dan Manusia

Senin 12-05-2025,12:18 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Salman Muhiddin

Jika Yoriichi adalah representasi tertinggi dari kekuatan manusia, maka Muzan Kibutsuji adalah bentuk tertinggi dari kengerian iblis. Ia bukan hanya antagonis utama dalam serial Kimetsu no Yaiba, tapi juga iblis pertama dan sumber dari segala keburukan yang terjadi selama ratusan tahun.

Muzan lahir di era Heian dan sejak bayi sudah di ambang kematian. Sebuah obat eksperimental menyelamatkannya—namun mengubahnya menjadi makhluk abadi dengan tubuh yang tak bisa dibunuh dengan cara biasa.

BACA JUGA:5 Anime Paling Dinanti yang Tayang April 2025

Ia menjadi makhluk yang tak bisa hidup di bawah sinar matahari dan mulai menciptakan iblis lain demi menemukan seseorang yang bisa bertahan dari sinar matahari, agar ia bisa menyempurnakan dirinya.

Sebagai pemimpin para iblis, Muzan memiliki berbagai kemampuan mengerikan: regenerasi instan, perubahan bentuk, kekuatan fisik luar biasa, manipulasi darah, dan kecepatan yang tak terbayangkan.

Ia juga bisa mengendalikan iblis-iblis lain melalui sel-sel tubuhnya yang tertanam dalam tubuh mereka—memberinya penglihatan dan kendali penuh atas bawahan-bawahannya.

Namun yang paling berbahaya dari Muzan bukan hanya kekuatannya secara fisik, melainkan kecerdasannya. Ia sangat berhati-hati, licik, dan penuh perhitungan.

Ia hidup di dunia manusia dengan identitas palsu, menikah, memiliki anak, dan menyamar sebagai manusia biasa demi melindungi dirinya dari pemburu iblis.

BACA JUGA:5 Villain Anime Paling Jahat Sepanjang Masa

Meski begitu, ketakutan terbesar Muzan adalah Yoriichi Tsugikuni. Sejak pertempuran mereka yang legendaris, Muzan hidup dalam bayang-bayang trauma. Bahkan ratusan tahun setelah Yoriichi wafat, nama dan sosoknya masih menghantui pikiran Muzan.

Saat akhirnya berhadapan dengan Tanjiro dan rekan-rekannya, Muzan menunjukkan kekuatan sejatinya dalam bentuk pertarungan terakhir yang epik dan brutal. Ia memaksa seluruh Demon Slayer Corps bersatu dan tetap menjadi ancaman mematikan hingga detik terakhir hidupnya.

Muzan adalah lawan yang tak hanya kuat, tapi juga sulit dipahami. Ia mengaburkan batas antara kekuatan dan kelemahan, keabadian dan ketakutan, dan menjadi simbol utama bahwa tidak semua kekuatan adalah berkah—kadang, itu kutukan abadi.

3. Kokushibo – Pendosa Abadi dengan Pedang dan Penyesalan


Kokushibo, dengan pedang berbilah daging dan enam mata, membawa trauma dan rasa iri seumur hidupnya. --Alpha Coder

Di antara para iblis Upper Moon, tak ada yang lebih menyeramkan dan tragis daripada Kokushibo. Ia bukan sekadar iblis kuat, tapi juga simbol dari penyesalan dan ambisi yang menyesatkan.

BACA JUGA:Trailer Anime Devil May Cry Sajikan Aksi Dante, Vergil dan Lady

Kokushibo adalah Upper Moon 1—peringkat tertinggi di antara dua belas iblis bulan atas. Tapi sebelum menjadi iblis, ia adalah Michikatsu Tsugikuni, kakak kandung Yoriichi.

Kecemburuan adalah awal dari kehancurannya. Meski sama-sama berlatih sebagai pemburu iblis, Michikatsu merasa tak pernah bisa melampaui adiknya. Ia memiliki bakat, tapi tidak seperti Yoriichi yang jenius alami.

Saat ia menyadari bahwa umurnya terbatas, sementara adiknya terus bersinar, Michikatsu memilih menjadi iblis demi keabadian—berharap suatu hari bisa menyaingi kekuatan Yoriichi.

Sebagai Kokushibo, kekuatannya sungguh mencengangkan. Ia masih menggunakan teknik pernapasan—yang langka bagi iblis—yaitu Moon Breathing.

BACA JUGA:Moonrise, Anime Baru Wit Studio Tayang 10 April di Netflix

Teknik ini penuh dengan pola bulan sabit yang mematikan, dipadukan dengan tubuh iblis yang memungkinkan regenerasi, kecepatan, dan kekuatan gila. Ia juga memiliki pedang unik yang tumbuh dari tubuhnya sendiri, menambah kesan mengerikan setiap kali ia bertarung.

Namun, kekuatan Kokushibo tak pernah membuatnya bahagia. Di kedalaman jiwanya, ia selalu dibayangi bayang-bayang Yoriichi. Bahkan ketika menjadi monster terkuat, ia tetap merasa gagal sebagai kakak, sebagai pendekar, dan sebagai manusia.

Pertarungannya melawan para Hashira seperti Sanemi dan Gyomei menjadi salah satu pertempuran paling brutal dalam serial ini—dan akhir hidupnya menjadi pelajaran menyayat: bahwa kekuatan yang diperoleh dari iri hati, hanya meninggalkan kehampaan.

4. Gyomei Himejima – Pilar Batu dengan Hati yang Rapuh


Gyomei Himejima berdiri di tengah medan pertempuran, mewakili keteguhan hati dan kekuatan spiritual. --wallpapers

Di balik tubuh besar dan tampangnya yang menyeramkan, Gyomei Himejima adalah sosok yang lembut dan penuh doa. Sebagai Hashira Batu, ia adalah anggota terkuat dalam Demon Slayer Corps saat generasi Tanjiro. Bahkan para Hashira lain secara terbuka mengakui kekuatan fisik dan ketangguhannya.

BACA JUGA:Rekomendasi 5 Anime untuk Ngabuburit, dari Super Cub hingga Kino’s Journey

Gyomei tidak menggunakan pedang seperti pemburu iblis lainnya. Ia menggunakan kusarigama—senjata rantai dan bola besi—yang digunakan dengan teknik Stone Breathing.

Dalam pertempuran, Gyomei mampu membaca gerakan musuh lewat pendengaran dan getaran, karena ia buta sejak kecil. Ini memberinya insting luar biasa dan refleks di luar nalar.

Tapi kekuatan sejati Gyomei terletak pada masa lalunya. Ia dulunya merawat anak-anak yatim di kuil. Saat iblis menyerang dan membunuh anak-anak itu, ia dipenjara karena dituduh sebagai pembunuh.

Dari tragedi itu, Gyomei tumbuh dengan rasa bersalah yang dalam, selalu berdoa dan menangis untuk jiwa-jiwa yang tak sempat ia selamatkan.

BACA JUGA:Anime Hotel Inhumans Siap Tayang Juli, Kisah Hotel yang Melayani Para Pembunuh Bayaran

Saat menghadapi Kokushibo, Gyomei menunjukkan semua kelebihan yang ia miliki: kekuatan fisik, teknik pernapasan tingkat tinggi, hingga Demon Slayer Mark. Meski tubuhnya remuk dan nyaris hancur, ia terus berdiri demi rekan-rekannya. Ketenangan dalam doanya kontras dengan ganasnya pertarungan yang ia hadapi.

Gyomei adalah contoh nyata bahwa kekuatan sejati tak selalu datang dari amarah. Kadang, itu berasal dari doa yang tak terdengar, dan luka batin yang tak pernah sembuh.

5. Tanjiro Kamado – Anak Petani yang Melampaui Takdir


Kamado Tanjiro, tokoh utama dalam serial anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba.--Ufotable

Ia bukan yang terkuat secara teknis. Tapi dalam hal ketangguhan, tekad, dan evolusi karakter, Tanjiro Kamado pantas masuk dalam daftar ini. Sebagai protagonis utama, perjalanan Tanjiro adalah simbol perjuangan manusia biasa menghadapi kegelapan luar biasa.

Tanjiro memulai kisahnya sebagai anak penjual arang. Hidupnya berubah drastis ketika seluruh keluarganya dibantai oleh iblis, dan adiknya, Nezuko, berubah menjadi iblis. Sejak saat itu, ia bersumpah untuk mengembalikan Nezuko menjadi manusia dan membasmi iblis.

BACA JUGA:Utahime Dream Akan Diadaptasi Menjadi Anime, Tampilkan Persaingan Utahime dalam Lagu dan Pertunjukan

Ia bukan jenius. Ia tak lahir dengan kekuatan khusus. Tapi semangat pantang menyerah dan kemauan belajarnya membuatnya melampaui banyak pendekar. Dari Water Breathing, ia kemudian beralih ke Sun Breathing—gaya pernapasan asli ciptaan Yoriichi.

Ia juga membangkitkan Demon Slayer Mark, menguasai Transparent World, dan memiliki kekuatan regeneratif luar biasa dalam pertempuran akhir.

Yang membuat Tanjiro unik adalah hatinya. Ia tak hanya melihat iblis sebagai musuh. Ia mampu merasakan kesedihan di balik monster-monster itu. Ia menangisi mereka yang ia bunuh, dan tetap memperjuangkan kemanusiaan meski berada dalam jurang kehancuran.

Dalam pertempuran akhir, bahkan ketika tubuhnya dirasuki oleh kekuatan Muzan dan nyaris berubah menjadi iblis, Tanjiro berhasil kembali menjadi manusia.

Ia membuktikan bahwa kekuatan terbesar bukan selalu pukulan paling keras, tapi kemampuan untuk tetap menjadi manusia—meski kegelapan terus merayap.

BACA JUGA:5 Rekomendasi Anime Menunggu Waktu Berbuka selama Ramadan

Lima karakter ini mewakili spektrum kekuatan yang luas: dari pedang tajam dan teknik mematikan, hingga trauma, doa, dan pilihan moral. Di dunia Kimetsu no Yaiba, kekuatan bukan cuma soal siapa yang bisa menang. Tapi juga siapa yang tetap berdiri, meski sudah berkali-kali jatuh.

Karena sejatinya, dalam dunia yang penuh darah dan dendam, kekuatan yang paling menggetarkan bukanlah yang mampu membunuh musuh. Tapi yang mampu menyelamatkan satu jiwa—termasuk dirinya sendiri. (*)

Kategori :