Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Ngozi Okonjo-Iweala, menyebut kemajuan ini sebagai langkah penting bagi stabilitas global.
“Di tengah ketegangan global saat ini, kemajuan ini penting tidak hanya bagi AS dan Tiongkok tetapi juga bagi seluruh dunia, termasuk ekonomi paling rentan,” ungkapnya.
BACA JUGA:Tarif Resiprokal ala Trump: Senja Kala Era Perdagangan Bebas?
Sebelumnya, Presiden Trump sempat menyatakan keinginannya untuk menurunkan tarif terhadap Tiongkok melalui media sosial dengan menyebut bahwa “Tarif 80% untuk Tiongkok sepertinya tepat.”
Namun, Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menegaskan bahwa AS tidak akan menurunkan tarif secara sepihak, dan Tiongkok juga harus menunjukkan itikad baik.
Kesepakatan ini muncul beberapa hari setelah AS menandatangani perjanjian dagang dengan Inggris.
Meski tidak mengikat, perjanjian tersebut memperkuat sinyal bahwa AS terbuka untuk berdialog dan merundingkan kembali beban tarif global yang telah memicu ketidakpastian ekonomi.
BACA JUGA:Ford Hentikan Ekspor Sejumlah Mobil ke Tiongkok Akibat Tarif Perang Dagang
Ketegangan dagang antara Washington dan Beijing selama ini memicu kekhawatiran atas inflasi global serta potensi perlambatan ekonomi dunia.
Dengan adanya pengurangan tarif ini, pelaku pasar dan pelaku usaha berharap tercipta ruang baru untuk dialog dan pemulihan ekonomi internasional.(*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.