Anda tentu sudah hafal di luar kepala sabda Kanjeng Rasul yang bunyinya, "Alyadul 'ulyaa khoirun minal yadis suflaa."
Pun artinya, Anda sudah tahu semua: tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.
Tangan yang di atas berarti yang suka memberi. Tangan yang di bawah berarti yang suka meminta.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Darmin Pemegang Rekor Muri Bidang Pasar Modal: Ke Ku Nai Lao
Kalau begitu, Nabi Muhammad agaknya akan lebih bahagia melihat umatnya menjadi orang yang senang bederma ketimbang yang demen meminta-minta.
Makanya, Muhammad Romahurmuziy mengajak kita untuk "乐善好施" (lè shàn hào shī): gemar berbuat baik dan meringankan beban sesama dengan memberi.
Bahkan, ketua Majelis Pertimbangan DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang akrab disapa Gus Romy itu menyemangati kita untuk selalu memberikan lebih dari setiap yang diminta orang kepada kita. "Niscaya engkau akan dapatkan penghargaan pada kadar yang tak pernah engkau duga," katanya.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Syanne Helly Kepala Litbang Sekolah Xin Zhong, Surabaya: Jing Tian Ai Min
Memang, ada yang bilang, kebiasaan memberi kita kepada orang lain tidak berlaku hukum matematika: karena yang terbiasa memberi tidak akan pernah kekurangan, malah akan terus berkecukupan.
Bila benar demikian, jangan-jangan berita mengenai maraknya laku korup politikus suatu negeri nun jauh di sana --yang sekalipun kaya raya tapi tetap korupsi juga-- adalah lantaran mereka tidak memiliki mental memberi, melainkan kelebihan mental meminta.
Pasalnya, setelah mereka berkuasa, konon yang dipikirkan bukanlah apa yang bisa diberikan kepada rakyat, namun apa yang bisa didapat dari proyek mengatasnamakan rakyat.
Semoga sebaliknya dengan politisi Indonesia. (*)