BACA JUGA:Teroris yang Penjahit Akan Sasar Polisi
Melalui foto, tampak MAS dan sang ibu SK tinggal di sebuah rumah panggung. Dinding rumah terbuat dari kayu dan seng. Kelihatan mereka hidup sangat sederhana, tepatnya miskin. Polri belum memberikan pernyataan resmi terkait itu.
Pada Juli 2024, Densus 88 pernah mengamankan terduga teroris yang juga sama-sama masih berstatus pelajar.
Penangkapan terduga teroris sebelumnya terjadi pada 31 Juli 2024 di Kota Batu, Malang, Jatim. Terduga juga pria remaja inisial HOK, 19, pelajar SMA.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko kepada wartawan saat itu mengatakan, HOK berafiliasi dengan Daulah Islamiah. HOK mengaku ingin mengebom bunuh diri di dua rumah ibadah di Kota Malang.
BACA JUGA:Arus Uang Teroris
BACA JUGA:Densus 88 Tangkap 3 Terduga Teroris di Jawa Tengah, Gagalkan Rencana Aksi Teror
Tersangka akan menggunakan bahan peledak berjenis triaceton triperoxide (TATP). Rencana tersebut digagalkan Densus 88 setelah HOK ditangkap 31 Juli 2024 pukul 19.15 WIB. Saat itu HOK berada di Jalan Langsep, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu.
Dari dua penangkapan itu, tampak usia terduga teroris lebih muda jika dibandingkan dengan teroris sebelumnya. Apakah terjadi regenerasi? Mengapa mereka begitu?
Dikutip dari BBC News, 17 November 2010, berjudul New study delves inside a suicide bomber’s mind, diungkapkan hal itu.
Disebutkan, hanya sedikit penelitian yang pernah dilakukan mengenai pikiran para pelaku bom bunuh diri.
Mencoba mencari tahu dengan pasti, mengapa seorang pelaku bom bunuh diri mau bunuh diri demi mencapai tujuan yang jelas, karena alasan yang jelas, merupakan tugas yang nyaris mustahil. Sebab, pengebomnya sudah mati.
Namun, sebuah penelitian dari Universitas Tel Aviv mencari tahu hal itu dengan mewawancarai pengebom bunuh diri yang gagal. Kegagalan karena berbagai alasan. Antara lain, cacat teknis (bom tidak meledak) atau tertangkap polisi (baik dalam perjalanan menuju sasaran atau lebih awal).
Tim riset dipimpin pakar terorisme Amerika Serikat (AS), Prof Ariel Merari.
Tim memiliki akses ke 15 calon pelaku bom bunuh diri yang gagal, yang ditahan di penjara karena percobaan serangan yang berkaitan dengan konflik Israel-Palestina.
Lima orang dari kelompok itu dikirim Hamas, 5 oleh Jihad Islam Palestina, dan 5 dari Brigade Syuhada Al-Aqsa Fatah.