Sontak tawa mereka makin pecah. Ya, perbedaan bahasa seolah tak menjadi sekat lagi bagi mereka. Semuana bergembira.
Inem tak cuma membeli kacang. Dia juga belanja banyak makanan dan keperluan ibadah. Ada cokelat Dubai, sajadah, hingga serban. “Kacang buat camilan di hotel, yang lainnya buat oleh-oleh cucu dan saudara nanti,” ujar perempuan 64 tahun tersebut.
BACA JUGA:Laporan Haji dari Makkah (11): Sibuknya Petugas Seksus Haram, Layani Puluhan Lansia Tiap Hari
Jadwal kepulangan jamaah di sektor itu rata-rata masih lama. Mereka baru tiba 10 hari lalu. Tetapi, sudah begitu bergairah belanja untuk oleh-oleh.
Begitu pula dengan Aminah, jamaah asal Makassar, Sulawesi Selatan. Dia membeli sejumlah sajadah. “Bayarnya pakai rial dan ‘Peabowo’,” terangnya.
Nurlin, dari daerah yang sama, pun demikian. Dia membeli macam pakaian beribadah dan makanan untuk oleh-oleh. Total menghabiskan lebih Rp 1 juta. “Ada mukenah sama gamis-gamis. Ini penyakit ibu-ibu. Kalap,” terangnya lantas tersipu. (*)