“Mereka takut ke rumah sakit karena kan tidak ada temannya, tidak ada siapa-siapa,” jelas Menteri Agama Nasaruddin Umar saat meninjau KKHI Makkah, kemarin.
Akhirnya, banyak yang sedang sakit tapi tak mengaku sakit hanya karena akut dilarikan ke rumah sakit Arab Saudi.
Selain itu, kesenjangan bahasa juga menjadi alasan. Para jamaah tidak bisa berkomunikasi secara luwes. Kemungkinan stres juga tinggi. Sebab, tidak ada yang bisa diajak bicara oleh mereka.
BACA JUGA:Laporan Haji dari Makkah (15): Syarikah Sediakan Es Krim dan Minuman Dingin di Arafah Nanti
Meski, kata Nasaruddin, tetap ada dokter yang mengawal. Namun, mereka lebih merasa aman dan nyaman bila dirawat oleh dokter Indonesia.
Selama operasional haji berlangsung sebulan, jumlah jamaah haji Indonesia yang meninggal juga signiikan. Yakni mencapai 115 orang.
Angka itu pun cukup mengkhawatirkan lantaran puncak haji baru akan dimulai tiga hari lagi.
BACA JUGA:Laporan Haji dari Makkah (14): Tim Mobile Crisis Rescue Disiapkan Layani Jamaah Haji di Mina
Untuk itu, Nasaruddin pun sudah melobi Kementerian Kesehatan. Agar KKHI Makkah bisa dibuka kembali.
“Karena memang dari tahun ke tahun klinik ini sangat membantu. Akhirnya, menkesnya tadi mengiyakan kalau itu memang dianggap baik karena concern kita sama-sama,” jelasnya.
BACA JUGA:Laporan Haji dari Makkah (13): Wakaf Habib Bugak Mengalir selama 2 Abad
Kedatangan Nasaruddin kali ini pun untuk mengecek persiapan KKHI. Ia berharap persetujuan menteri kesehatan Arab Saudi itu benar-benar bisa segera direalisasikan. Apalagi, puncak haji akan berlangsung tiga hari lagi.
Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo, KKHI Makkah lokasinya sangat strategis. Dekat dengan Masjidilharam, Mina, dan jalan menuju Arafah.
BACA JUGA:Laporan Haji dari Makkah (12): Ziarah ke Makam Mbah Moen di Ma'la, Ingin Diakui Jadi Santri
“Biasanya pada saat puncak ibadah haji sekitar 5 sampai dengan 9 Dzulhijjah, KKHI Makkah sudah dipenuhi oleh jamaah haji yang mulai kelelahan dan jatuh sakit,” jelasnya.