10 Tradisi Iduladha di Indonesia yang Masih Terus Dilestarikan

Jumat 06-06-2025,04:09 WIB
Reporter : Ivo Irvansyah*
Editor : Salman Muhiddin

HARIAN DISWAY - Dzulhijjah, merupakan bulan penting bagi umat muslim untuk menunaikan rukun islam ke-5, yakni haji. Namun bagi mereka yang tidak menjalankan ibadah haji, Hari Raya Iduladha masih menjadi momen yang dinanti-nanti.

Hari Raya ini identik dengan penyembelihan hewan kurban seperti sapi, kambing, domba, bahkan unta.

Iduladha di berbagai daerah di Indonesia ternyata juga dihiasi dengan beragam tradisi unik yang dilestarikan secara turun temurun. Apa saja tradisi-tradisi tersebut? berikut daftarnya.

10 Tradisi Iduladha Nusantara

1. Meugang (Aceh)

Masyarakat Aceh membeli daging meugang di pasar--acehtourism.travel

Tradisi ini berasal dari kata Makmeugang, yang berarti memotong hewan. Meugang telah dilakukan masyarakat Aceh semenjak zaman Kesultanan Aceh.

Pada saat Kesultanan Aceh membagikan daging kepada rakyatnya sebagai wujud rasa syukur dan mempererat tali silaturahmi.

BACA JUGA:Panduan Lengkap Mengolah Daging Kurban Secara Sehat dan Higienis

Para warga biasanya berkumpul untuk menikmati hidangan dari daging sapi atau kerbau bersama keluarga. Hingga saat ini, Meugang terus dilestarikan sebagai bentuk syukur dan juga perayaan dalam menyambut hari-hari besar keagamaan.

2. Gamelan Sekaten (Cirebon)

Di Cirebon, Jawa Barat, alunan gamelan sekaten menjadi sebuah penanda perayaan hari-hari besar islam seperti Idul Adha. Tradisi Masyarakat Sunda ini dipercaya sebagai bagian dari dakwah salah satu Wali Songo, yakni Sunan Gunung Djati.

Gamelan Gekaten biasanya digelar di area Keraton Kasepuhan. Selain di Cirebon, di Surakarta, Jawa Tengah, masyarakatnya juga merayakan Gamelan Sekaten.

BACA JUGA:Iduladha Jatuh di Hari Jumat, Apakah Sholat Jumat Tetap Wajib?

3. Apitan (Semarang)

 

Tradisi Apitan di Semarang, Jawa Tengah--budayajawa.id

Tradisi Apitan ini berasal dari adanya bulan yang diapit, yaitu bulan Syawal dan Dzulhijjah. Perayaan ini dimulai dengan aksi kuda lumping dari kelompok kesenian Turonggo Seto.

Dulunya merupakan suatu sarana dan prasarana untuk kegiatan sedekah bumi apitan, yang kemudian berkembang menjadi suatu perayaan yang dapat menghibur masyarakat Sampangan Semarang.

Kategori :