Hampir senada dengan itu, Rickard (2018) dalam "Financing Quality Education: The Necessity of Cost-Sharing" di World Bank Policy Research Working Paper menyoroti bahwa skema pembiayaan pendidikan yang melibatkan biaya dari masyarakat, lebih dikenal sebagai cost-sharing, penting untuk menjaga mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Adanya biaya yang dibayar oleh masyarakat, cenderung membuat mereka lebih berkomitmen dan termotivasi mengikuti proses belajar, yang berdampak positif pada mutu pendidikan.
BACA JUGA: Pergulatan Integritas di Dunia Pendidikan
Skema cost-sharing juga membantu memastikan bahwa sumber daya yang ada digunakan secara efisien, dan mencegah pemborosan yang mungkin terjadi jika pendidikan sepenuhnya digratiskan.
Tantangan Mutu Pendidikan
Dalam Education at a Glance 2019, OECD menyoroti tantangan global dalam menyediakan pendidikan berkualitas yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu fokus utama laporan ini adalah pentingnya menyeimbangkan antara biaya penyelenggaraan pendidikan dan aksesibilitasnya.
OECD menekankan bahwa meskipun pendidikan bermutu sering memerlukan investasi yang tinggi, pemerintah dan lembaga pendidikan perlu menerapkan model pembiayaan yang efisien agar tidak membebani peserta didik, terutama di negara-negara dengan tingkat ketimpangan sosial yang tinggi.
BACA JUGA: Dilema Moral dalam Pendidikan dan Politik
Laporan ini juga memaparkan berbagai praktik baik dari negara anggota OECD dalam menerapkan kebijakan pembiayaan pendidikan yang berkelanjutan dan inklusif.
Tantangannya adalah memastikan bahwa keterbukaan akses tersebut tidak mengorbankan mutu. Laporan UNESCO (2015) menunjukkan bahwa meskipun kebijakan pendidikan gratis di sejumlah negara berkembang berhasil meningkatkan partisipasi sekolah, mutu pembelajaran tetap rendah jika tidak disertai dengan investasi dalam aspek-aspek kualitas.
Pendidikan gratis harus disertai investasi pada kualitas agar tidak hanya meningkatkan partisipasi, tetapi juga hasil belajar siswa.--rattanakun
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain sistem belajar mengajar, kualitas guru, kurikulum yang relevan, sarana prasarana yang memadai, serta lingkungan belajar yang mendukung.
BACA JUGA: Pendidikan, Pemimpin, dan Kemajuan Bangsa
Oleh karena itu, pendidikan gratis harus mempertimbangkan semua faktor ini agar dapat benar-benar meningkatkan kualitas pendidikan.
Pendidikan Bermutu untuk Semua tentu bukan sekadar slogan, melainkan komitmen jangka panjang yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Perluasan akses harus berjalan beriringan dengan peningkatan mutu agar esensi pendidikan sebagai proses pembelajaran yang memerdekakan tidak tergerus.
Dengan landasan pendidikan yang adil dan berkualitas, visi Indonesia Emas 2045 untuk membentuk manusia unggul dan berdaya saing semoga dapat benar-benar diwujudkan. (*)
*) Staf Ahli Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Bidang Teknologi Pendidikan