"Sampai kini masih lestari. Hanya tinggal melatih remaja-remaja penerusnya saja. Apalagi untuk peniup slompret ini. Belajarnya harus lama," katanya.
Untuk memainkan slompret, tekniknya menarik napas dari hidung. Kemudian diembuskan lewat mulut. Begitu terus. Konstan. Tanpa berhenti. Tanpa jeda.
Sucipto bahkan bisa memainkannya berjam-jam. Sulit memainkan slompret jika tak disertai teknik olah napas yang baik.
BACA JUGA:Tradisi Upacara Kematian dalam Suku Tengger (1): Dalan Padhang, Papan Jembar
Lagu itu mengantar keberangkatan, pemujaan di salah satu pelinggih petilasan Joko Seger dan Roro Anteng, saat memasuki Pura Luhur Poten Bromo hingga saat pulang.
Terdapat berbagai rangkaian acara Yadnya Kasada. Termasuk membabarkan dengan detil kisah Joko Seger dan Roro Anteng.
Legenda itulah yang melandasi sosio-kultural masyarakat Tengger. Hingga kemudian satu per satu warga menyucikan hasil bumi yang dibawanya pada Romo Dukun.
BACA JUGA:Tradisi Upacara Kematian dalam Suku Tengger (2-Habis): Undang Ruh Leluhur
Pada tahap terakhir, masing-masing melarung palawija mereka ke kawah Bromo.
Itulah Yadnya Kasada. Ritus yang lestari berabad-abad. Menghadirkan kebersamaan, niat yang tulus untuk berdoa, serta sebagai salah satu kekayaan budaya Nusantara. (*)