Tradisi Upacara Kematian dalam Suku Tengger (2-Habis): Undang Ruh Leluhur

Tradisi Upacara Kematian dalam Suku Tengger (2-Habis): Undang Ruh Leluhur

Romo Dukun Puja Pramana memimpin upacara Entas Entas di Balai Desa Ngadiwono, Pasuruan. -Guruh Dimas Nugraha-

HARIAN DISWAY - Tradisi khusus Suku Tengger terkait kematian adalah Entas Entas. Pelaksanaannya tak mengikat. Hanya bagi mereka yang mampu secara ekonomi. Ragam Tradisi itu menunjukkan penghargaan Suku Tengger terhadap leluhur.

Masyarakat Tengger dikenal begitu menghargai leluhur. Mereka percaya, ruh leluhur akan menghampiri sanak-saudaranya pada malam Jumat Wuku Umanis. Pada momen itu, tiap orang mengadakan upacara mengirim doa, demi ketenangan dan kedamaian ruh tersebut. Sekaligus ucapan terima kasih atas jasa dan perannya semasa hidup.

Dalam talkshow Night at The Museum #7: Remembering The Death, yang digelar Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP, Unair, pada 16 November 2023, Romo Dukun Puja Pramana, pemuka Hindu Tengger, memaparkan bahwa terdapat beberapa upacara untuk tiap kategorisasi kematian.

BACA JUGA: Unik! Suku Tengger Punya Tradisi Tugel Kuncung untuk Anak Lelaki, Apa Itu?

Seperti telah diceritakan dalam seri sebelumnya, terdapat tiga jenis kematian: Pati, Salah Pati, dan Ulah Pati. "Kalau Pati, meninggal wajar, maka digelar upacara sebagaimana mestinya. Berbeda dengan Salah Pati. Misalnya orang-orang yang meninggal karena kecelakaan. Ada jenis upacara yang ditambahkan," ujarnya.
Upacara Entas Entas untuk menyucikan ruh dan memperjelas status karma ruh tersebut. -Guruh Dimas Nugraha-

Bila seseorang meninggal karena kecelakaan, maka kerabatnya akan mendatangi lokasi terjadinya kecelakaan tersebut. Kemudian melakukan upacara Ngepras, atau prosesi pembersihan. Supaya energi negatif yang ada di lokasi tersebut dapat disingkirkan. Sehingga di kemudian hari, tak terjadi lagi kecelakaan di lokasi tersebut.

Bagaimana jika, misalnya, orang yang meninggal, lalu jenazahnya tak ditemukan, atau lokasi kecelakaannya tak terjangkau? "Bisa didoakan dari rumah. Yang penting niatnya dihaturkan untuk ruh orang tersebut, juga niat agar Tuhan bisa menyirnakan energi negatif dari lokasi kecelakaan itu," tuturnya.

Upacara Ngepras juga dilakukan untuk ruh orang yang meninggal akibat Salah Pati, atau meninggal karena perbuatannya sendiri. Misalnya, bunuh diri. Upacara akan dilakukan dengan mendatangi lokasi bunuh diri tersebut. Tempat itu disucikan, supaya energi negatif dapat hilang.

BACA JUGA :Tak Ada Sistem Kasta dalam Masyarakat Hindu Tengger

"Kami juga melantunkan mantra Pujo Geni, atau mantra Pangleburan. Supaya segala dosa orang tersebut, serta segala yang negatif sirna. Melebur atas kuasa Tuhan," terang pria 35 tahun itu. 

Upacara terkait kematian yang rutin digelar setiap tahun adalah upacara Santi. Dilaksanakan pada Santi Sasi Karo, atau bulan kedua setelah Kasada, dalam kalender Tengger. Bulan Karo, bagi Suku Tengger adalah bulan yang suci. Hari besar layaknya Idul Fitri atau Natal, ada pada bulan kedua tersebut.

"Dalam prosesi upacara Santi, kami mengundang ruh leluhur. Mereka akan datang untuk mengetahui kabar para sanak-saudaranya yang masih hidup. Sekaligus kami mendoakan ketenangan mereka di alam kelanggengan," ujarnya.

Santi bermakna memohon kedamaian. Sasi artinya bulan, dan Karo artinya dua, atau kedua. Bulan tersebut merupakan dua suci, tempat bertemunya dualitas yang saling mengisi. Seperti konsep Yin Yang dalam filsafat Asia: laki-laki-perempuan, siang-malam, baik-jahat dan semacamnya.

Pun saat momen Kasada, apabila terdapat orang yang meninggal dari sebuah desa yang dihuni masyarakat Tengger, maka masyarakat di desa itu tak membawa Hongkek, atau seserahan hasil bumi yang dipersembahkan pada kawah Bromo. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: