Unik! Suku Tengger Punya Tradisi Tugel Kuncung untuk Anak Lelaki, Apa Itu?

Unik! Suku Tengger Punya Tradisi Tugel Kuncung untuk Anak Lelaki, Apa Itu?

Ujung rambut tengkuk anak laki-laki Tengger akan dipotong dan diupacarai. Nama tradisi itu adalah Tugel Kuncung.-Julian Romadhon-

HARIAN DISWAY - Bromo, tak hanya dikenal dengan keindahan alamnya saja. Terdapat aneka keunikan terkait budaya, sastra rakyat dalam bentuk tuturan, dan masih banyak lagi.

Beragam keunikan itu ada dalam lingkungan Suku Tengger. Suku yang berdiam di sepanjang lereng Gunung Bromo. Salah satunya adalah tradisi Tugel Kuncung.

Di kalangan Suku Tengger, setiap bayi laki-laki yang baru lahir, ujung rambut di tengkuknya tak boleh dipotong hingga diupacarai. Nah, upacara adat untuk memotong rambut tengkuk itulah yang disebut Tugel Kuncung.

BACA JUGA: Nendang Pol! Berkenalan dengan Cabai Terong, Cabai Asli Tengger yang Pedasnya Bukan Main

Tradisi itu khususnya berlaku buat anak-anak lelaki dari Tengger Brang Wetan. Atau mereka yang berdiam di kawasan Lumajang dan Probolinggo.


UNIK! Suku Tengger punya tradisi Tugel Kuncung untuk anak lelaki, apa itu? Foto: salah satu tahapan upacara Tugel Kuncung.-Julian Romadhon-Harian Disway-

Sedangkan anak-anak lelaki yang berada di Brang Kulon (kawasan Pasuruan, Malang), rambut tengkuknya boleh dipotong. Tapi kelak harus diupacarai.

"Untuk masyarakat Brang Wetan, rambut tengkuk anak lelaki dibiarkan hingga panjang. Tidak boleh dipotong," jelas Afiski Arif Ridwan, tokoh pemuda Hindu Pasuruan.

BACA JUGA: Tak Ada Sistem Kasta dalam Masyarakat Hindu Tengger

"Itu biasanya dipilin kelabang. Sampai ketika kedua orang tuanya punya uang, baru diupacarai," lanjut Afiski.

Maka di kalangan warga Tengger Brang Wetan, banyak dijumpai anak-anak lelaki dengan rambut tengkuk yang panjang. Sampai sepunggung. Baru boleh dipotong ketika orang tuanya telah memiliki cukup dana untuk melakukan upacara Tugel Kuncung.

Sedangkan di Brang Kulon, rambut anak lelaki boleh dipotong. Jarang terdapat anak lelaki dengan rambut tengkuk yang panjang. Namun, kelak Tugel Kuncung tetap harus dilakukan.

Afiski mencontohkan salah seorang anak Suku Tengger dari Tosari. Namanya Distra Werdiano. Ia masih berumur 9 tahun. Sekarang kelas 3 SD.


UNIK! Suku Tengger punya tradisi Tugel Kuncung untuk anak lelaki, apa itu? Foto: salah satu tahapan upacara Tugel Kuncung.-Julian Romadhon-Harian Disway-

BACA JUGA: Ini Perbedaan Antara Hindu Tengger dan Hindu Bali

BACA JUGA: Siwa Mahayana, Sebutan Kepercayaan Asli Masyarakat Tengger

"Upacara Tugel Kuncung baru akan dilaksanakan ketika seorang anak menginjak usia dewasa. Yaitu di atas 12 tahun," kata pria 25 tahun itu.

"Saya belum di-Tugel Kuncung. Katanya tunggu kalau sudah besar," kata Distra, polos.

Buang Sial

Menurut kepercayaan masyarakat Tengger, upacara Tugel Kuncung berfungsi untuk "buang sial". Supaya anak terhindar dari malapetaka. Dan selalu dinaungi keberuntungan.

BACA JUGA: Mengapa Dinamakan Tengger? Ini Jawabannya!

Saat pelaksanaan upacara, keluarga menyediakan gedang ayu atau beberapa tandan pisang.

Makna gedang ayu sebagai simbol semangat, kemauan, dan harapan untuk mendapat petunjuk dari Tuhan.

Artinya, seseorang harus sepenuhnya menyadari dan memahami, bahwa segala sesuatu harus memiliki maksud dan tujuan yang jelas.

BACA JUGA: Mengapa Pakaian Khas Suku Tengger Berwarna Hitam? Ini Jawabannya

BACA JUGA: Kisah Brahmana Keling, Leluhur Suku Tengger


UNIK! Suku Tengger punya tradisi Tugel Kuncung untuk anak lelaki, apa itu? Foto: salah satu tahapan upacara Tugel Kuncung.-Julian Romadhon-Harian Disway-

Termasuk upacara Tugel Kuncung. Tujuannya adalah agar anak lelaki tersebut dapat berguna bagi keluarga dan masyarakat. Berbakti pada Hyang Widhi, serta senantiasa melestarikan tradisi di kalangan Suku Tengger.

Piranti selanjutnya adalah petra, atau simbol leluhur yang gaib. Bentuknya bisa dari rangkaian pakaian yang disusun menjadi boneka.

"Petra itu semacam sarana yang digunakan sebagai persemayaman leluhur. Jadi leluhur anak itu turut menyaksikan upacara Tugel Kuncung," ungkap Afiski.

BACA JUGA: Suku Tengger Maknai Kebakaran Bromo sebagai Peringatan Leluhur

Kemudian rambut tengkuk dipotong. Potongannya, beserta beberapa piranti lain, lantas dimasukkan ke dalam buah kelapa.

Setelah itu, anak tersebut akan diberi dua pilihan: uang atau bibit kentang. Dua-duanya digunakan untuk mengolah sawah.

"Kalau uang, anak itu bisa mengelola sendiri tanah keluarganya. Jika bibit kentang, tinggal ditanam saja. Bibitnya sudah ditentukan," ungkapnya.

BACA JUGA: Memahami Bahasa Jawa Tengger, Mirip Tegal Dialek Jawa

Selain tolak bala buat si anak, upacara Tugel Kuncung juga memiliki fungsi lain bagi masyarakat Tengger. Tradisi Tugel Kuncung menjadi cara untuk menjaga tanah adat Tengger.


UNIK! Suku Tengger punya tradisi Tugel Kuncung untuk anak lelaki, apa itu? Foto: salah satu tahapan upacara Tugel Kuncung.-Julian Romadhon-Harian Disway-

Dalam lingkungan masyarakat setempat, tanah yang dihuni oleh Suku Tengger tidak boleh diperjualbelikan untuk orang luar. Mereka menyebutnya wong are.

Setiap anak telah dikader atau disiapkan menjadi petani. Demi menjaga lahan serta keberlanjutan pekerjaan bertani di kawasan itu.

BACA JUGA: Rayakan Tahun Baru, Warga Tengger Berlomba Bunyikan Musik Tradisi Menuju Gunung Bromo

BACA JUGA: Rayakan Kasada, Berikut Tahapan Warga Suku Tengger sebelum Tunaikan Yadnya Kasada

Upacara Tugel Kuncung dilakukan jika keluarga telah memiliki dana yang cukup. Namun, jika tidak mampu, warga akan membantu. Konsep itu dinamakan Genten Abot. Dengan itu, keluarga yang tak mampu dapat dimudahkan oleh gotong royong warga desa.

"Biasanya tiap keluarga mengumpulkan uang atau hasil pertanian, lantas diberikan pada keluarga kurang mampu itu," kata Afiski.

Pun ketika pelaksanaan upacara, warga turut membantu segala persiapan. Seperti memasak dan keperluan-keperluan lainnya. Budaya tersebut mirip dengan rewang yang ada di kalangan masyarakat Jawa.

Selain Genten Abot, masyarakat Tengger memegang teguh filosofi Tri Hita Karana. Yakni keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam lingkungan.

Itulah yang membuat Suku Tengger hidup harmonis. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: