Mengapa Pakaian Khas Suku Tengger Berwarna Hitam? Ini Jawabannya
Para pemuka agama Tengger dengan pakaian khasnya yang berwarna hitam. Warna hitam memiliki filosofi khusus.-Ahmad Rijaluddin-
PASURUAN, HARIAN DISWAY - Dalam acara Eksotika Bromo 2023 pada 8 Oktober 2023, para pemuka agama Hindu Tengger dan beberapa umat berkumpul. Melaksanakan upacara Semeninga atau Matur Piuning.
Udeng khas Tengger tersemat di kepala mereka. Dupa dinyalakan, sesaji dihaturkan. Upacara itu sebagai sarana bagi umat Hindu Tengger untuk berdoa.
Berharap pada leluhur agar senantiasa diberi keselamatan, serta mengucap syukur atas anugerah Hyang Widhi yang telah mereka terima.
Pakaian khas Suku Tengger berwarna hitam. Sama dengan Suku Badui di berbagai daerah di Nusantara.
BACA JUGA: Memahami Bahasa Jawa Tengger, Mirip Tegal Dialek Jawa
BACA JUGA: Rayakan Tahun Baru, Warga Tengger Berlomba Bunyikan Musik Tradisi Menuju Gunung Bromo
Pakaian hitam khususnya digunakan saat upacara rohani atau berbagai kegiatan yang bersifat sakral. Mengapa warna hitam?
Jawaban atas pertanyaan itu tertulis di lontar Purwadigama. Lontar tersebut tersimpan di Badung, Bali.
Afizki Arif Ridwan (Afiz), tokoh pemuda Hindu Tengger, pernah meneliti lontar tersebut. Jawaban yang tertulis sama persis dengan apa yang telah diyakini masyarakat Tengger secara turun-temurun.
Lontar Purwadigama menyebut bahwa di setiap sudut di Jawa terdapat hulu kesucian.
Purwadigama membaginya menjadi tiga bagian. Hulu suci pertama adalah Maharata. Yakni Gunung Bromo. Hulu kedua, Mahawidya atau Gunung Penanggungan.
Sedangkan ketiga, Mahaagung atau Gunung Semeru. Tiap hulu memiliki makna masing-masing. Gunung Bromo sebagai Maharata, artinya alam semesta, alam lahir atau alam awal-mula.
Simbolnya adalah warna hitam. Sesuai dengan namanya, Bromo, yang diambil dari nama Hyang Brahma, pencipta alam semesta.
Hulu Mahawidya atau Gunung Penanggungan, merupakan simbol ilmu pengetahuan.
Gunung tersebut adalah areal suci yang telah digunakan oleh masyarakat Jawa masa lalu, bahkan sejak zaman pra-Majapahit. Banyak dibangun bangunan suci berupa candi atau tempat pertapaan.
Mahawidya Penanggungan sebagai tempat suci dan ilmu pengetahuan, disimbolkan dengan warna merah. Sedangkan hulu Mahaagung, berupa Gunung Semeru, disimbolkan sebagai kesucian.
Masyarakat meyakini bahwa gunung tersebut merupakan astana suci bagi para dewa. Itu disimbolkan dalam warna putih
Hitam, putih, merah. Ketiga warna itu disebut sebagai tridatu. Warna yang digunakan pula sebagai gelang suci tridatu di kalangan masyarakat Bali atau masyarakat di berbagai daerah yang memeluk Hindu.
BACA JUGA: Rayakan Kasada, Berikut Tahapan Warga Suku Tengger sebelum Tunaikan Yadnya Kasada
BACA JUGA: Membaca Kalender Jawa ala Suku Tengger
"Bahwa warna hitam adalah perlambang bumi, alam semesta, alam kandungan. Alam suci yang menjadi dasar segala kehidupan. Maka, para Romo Dukun (sebutan pemuka agama, Red), para pemangku dan umat mengenakan pakaian warna hitam," ungkap Afiz.
Dengan warna hitam itu, umat Tengger akan selalu ingat akan asal-usul, leluhur serta menghayati alam raya, termasuk alam Gunung Bromo dan alam spiritual yang memberi mereka hidup.
Pun senantiasa bersyukur pada Hyang Widhi, atas limpahan berkat dari-Nya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: