Mengapa Dinamakan Tengger? Ini Jawabannya!

Mengapa Dinamakan Tengger? Ini Jawabannya!

Salah satu umat Hindu Tengger yang berdoa di Lautan Pasir Gunung Bromo.-Julian Romadhon-

PASURUAN, HARIAN DISWAY - Jika berbicara tentang Suku Tengger yang berdiam di kawasan Gunung Bromo, tentu ingatan banyak orang akan tertuju pada legenda yang mahsyur: Joko Seger dan Roro Anteng.

Alkisah, kedua suami-isteri itu lama tak dikaruniai putera. Hingga mereka bertapa untuk meminta anugerah pada Hyang Brahma yang menaungi Gunung Bromo.

Permohonan mereka dikabulkan. Namun, anak yang lahir terakhir atau bungsu, harus diserahkan pada Hyang Brahma.

BACA JUGA: Mengapa Pakaian Khas Suku Tengger Berwarna Hitam? Ini Jawabannya

BACA JUGA: Kisah Brahmana Keling, Leluhur Suku Tengger

Joko Seger dan Roro Anteng dikaruniai 25 anak. Paling bungsu namanya Raden Kusuma.

Mulanya, mereka enggan menyerahkan Kusuma yang berwajah elok dan berbadan tegap itu. Mereka mencoba menghindar.

Tapi kemana pun mereka bersembunyi, tak mampu lepas dari mata dewa.

Raden Kusuma berkali-kali mengatakan kepada ayah-ibunya, bahwa ia rela untuk diserahkan pada Hyang Brahma.

Akhirnya, kedua orang tuanya iklas. Pengorbanan Raden Kusuma pun dilaksanakan.

Anak bungsu itu diantar menuju kawah Bromo bersama kedua orang tua dan ke-24 saudaranya.

Momen itu hingga kini diperingati sebagai upacara Kasada.

Joko Seger dan Roro Anteng dipercaya menurunkan anak-cucu yang kini menjadi Suku Tengger yang berdiam di Bromo.

Nama Tengger pun disebut-sebut sebagai gabungan kedua nama moyang suku tersebut: Roro AnTENG dan Joko SeGER.

Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pemuda Hindu Tengger, Afizki Arif Ridwan (Afiz), nama Tengger bukan hanya gabungan dari dua nama itu. Ada makna lainnya.

"Tengger, gabungan dari kata teng atau tiang dan ngger yang berarti kokoh," ujar pria yang aktif dalam DPK Perhimpunan Pemuda Hindu Pasuruan itu.

Gabungan kedua nama tersebut diperolehnya dari penelitian yang telah dilakukan, termasuk hasil diskusi bersama Romo Dukun (sebutan pemuka agama) sepuh serta para pemangku, juga berdasar catatan-catatan sejarah.

Maknanya, Tengger adalah tiang yang kokoh. Tak tergerus oleh budaya asing dan tetap mempertahankan jati diri dan tradisinya dari masa ke masa.

Terbukti hingga sekarang, meski Suku Tengger meski telah membuka diri terhadap dunia luar, tetap tak lepas dari kepribadian kulturalnya.

BACA JUGA:Suku Tengger Maknai Kebakaran Bromo sebagai Peringatan Leluhur

BACA JUGA:Memahami Bahasa Jawa Tengger, Mirip Tegal Dialek Jawa

Hingga kini masyarakat Tengger kerap melakukan upacara-upacara pada leluhur, termasuk ritus-ritus.

Seperti berdoa dan bersemadi di ke-25 titik di lereng Bromo, yang dipercaya merupakan petilasan ke-25 anak Joko Seger dan Roro Anteng.

Itu dilakukan pada waktu-waktu tertentu, khususnya menjelang Kasada. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: