Tradisi Upacara Kematian dalam Suku Tengger (2-Habis): Undang Ruh Leluhur

Tradisi Upacara Kematian dalam Suku Tengger (2-Habis): Undang Ruh Leluhur

Romo Dukun Puja Pramana memimpin upacara Entas Entas di Balai Desa Ngadiwono, Pasuruan. -Guruh Dimas Nugraha-

"Sebab, jika ada orang yang meninggal pada Kasada, maka itu disebut sandungan. Jadi tidak diperkenankan membawa Hongkek," ujarnya. 

Upacara besar terkait kematian yang dijalankan Suku Tengger adalah Entas Entas. Fungsinya, untuk memperjelas status ruh. Terkait karma yang dimilikinya, agar ia dapat lekas mendapat tempat terbaik di alam kelanggengan. Istilahnya, untuk lebih mempermudah jalan ruh tersebut di akhirat.

BACA JUGA: Ini Perbedaan Antara Hindu Tengger dan Hindu Bali

Terdapat berbagai tahapan dalam upacara tersebut. Pertama, upacara dilakukan di rumah. Yakni upacara Mepek, dan Rakantawang. "Prosesi membuka pintu alam gaib, agar ruh dapat turun untuk mengikuti Entas Entas," ungkapnya. Sekaligus memberi tahu pada ruh tersebut bahwa Entas Entas telah dimulai.

Ruh orang tersebut akan disimpan ke dalam Petra. Yakni semacam boneka sebagai simbol perwujudan ruh itu. Prosesi itu disebut Nurunen. "Ibarat kita mengundang tamu ke rumah. Jadi rumah itu adalah transit awal ruh, sebelum dibawa ke ruang upacara Entas Entas di Balai Desa," terangnya.
Upacara Entas Entas adalah cara bagi Suku Tengger untuk menghormati leluhurnya. -Guruh Dimas Nugraha-

Terdapat prosesi penyembelihan hewan ternak, seperti kambing, atau kerbau. Kemudian upacara Kayopan Agung, atau pembersihan, penyucian lingkungan upacara. "Lalu Kayopan Lukatan, untuk menyucikan ruh. Diperjelas status karmanya, agar segera mendapat kepastian di alam kelanggengan," ungkapnya.

Upacara Entas Entas bisa dilakukan, bisa tidak. Tergantung kemampuan ekonomi. Dalam pelaksanaannya, para kerabat dari orang yang meninggal akan berdoa dan bersimpuh di bagian depan. Pemuka agama atau Romo Dukun yang memimpin prosesi penyucian, sekaligus mengirim doa untuk ruh yang telah berada di alam kelanggengan. 

Serangkaian upacara tersebut menunjukkan rasa hormat yang tinggi terhadap leluhur, di kalangan Suku Tengger. Sekaligus membuktikan bahwa budaya Nusantara begitu kaya, dan perlu dijaga dengan baik. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: