BACA JUGA:Gelar Wisuda ke-127, Untag 1945 Surabaya Luluskan 1876 Mahasiswa
Sebab, tantangan yang sesungguhnya justru terjadi dan lebih besar harus dihadapi setelah para lulusan terjun ke masyarakat. Terlebih, dunia dan perekonomian global yang terus berubah akan berdampak pada karier lulusan.
Kita tahu saat ini gelombang perubahan sedang terjadi di seluruh dunia. Kondisi masyarakat Indonesia dan masyarakat global sedang tidak baik-baik saja. Penting bagi lulusan Universitas Airlangga untuk tidak hanya berilmu, tetapi juga tangguh dan adaptif menghadapi dunia yang cepat berubah.
Dengan modal yang dimiliki, baik itu modal sosial, modal intelektual, maupun jejaring yang dimiliki, menurut Prof Nasih niscaya para wisudawan tidak akan tergilas zaman. Dengan bekal seluruh apa yang telah dipelajari selama kuliah, para wisudawan akan dapat menghadapi berbagai tantangan dan keluar sebagai pemenang.
BACA JUGA:Wisuda ke-84 UK Petra Luluskan 1.252 Mahasiswa, 582 Orang Raih Cumlaude
BACA JUGA:SMP Wijaya Putra Gelar Wisuda dalam Dua Bahasa
Dalam dunia nyata, kita sadari bahwa menjadi wisudawan terkadang menghadapkan kita pada berbagai dilema. Di satu sisi, kita lega karena telah berhasil menyelesaikan tanggung jawab belajar dan berhasil lulus tepat waktu.
Menjadi sarjana adalah idaman anak muda di tanah air untuk bekal berkontestasi mencari kehidupan yang lebih baik. Namun, di sisi yang lain, ketika seorang mahasiswa telah lulus kuliah, kemudian masuk pasar kerja yang makin kompetitif, bukan tidak mungkin statusnya akan berubah menjadi pengangguran dalam kurun waktu yang cukup lama.
Menurut data, masa tunggu lulus hingga memperoleh pekerjaan bagi para lulusan dari Universitas Airlangga rata-rata selama 2,6 bulan. Itu termasuk masa tunggu yang cepat. Hanya, jujur harus diakui bahwa tidak selalu pekerjaan yang ditekuni sesuai dengan bidang ilmu dan keahlian yang dimiliki para lulusan.
Di era digital, tantangan yang harus dihadapi para lulusan tentu makin kompleks dan kompetitif. Mencari pekerjaan di era revolusi informasi tentu berbeda dengan era sebelumnya.
Ketika kehadiran AI makin banyak menggantikan peran tenaga kerja manusia dan ketika mesin-mesin produksi di berbagai perusahaan makin bergeser ke arah digitalisasi, tenaga kerja yang berkontestasi di pasar kerja tentu harus memiliki kualifikasi plus –kualifikasi yang berbeda dengan era sebelumnya.
Lulusan yang biasa-biasa saja niscaya tidak akan mudah dan tidak cepat terserap dalam pasar kerja. Sementara itu, lulusan yang memiliki kualifikasi plus niscaya akan lebih lentur terserap dalam pasar kerja di sektor apa pun.
Lulusan yang tidak hanya berkompeten di bidang ilmu formalnya, tetapi juga didukung dengan keahlian dan modal sosial yang lain, tentu ibaratnya akan memegang senjata yang lebih banyak sebagai bekal menghadapi tantangan pasar kerja yang makin kompetitif.
SEJUMLAH TANTANGAN
Tantangan lulusan perguruan tinggi di pasar kerja saat ini harus diakui makin berat dan kompleks. Secara garis besar, sejumlah tantangan yang harus dihadapi para lulusan Universitas Airlangga adalah sebagai berikut.
Pertama, ketidaksesuaian keterampilan yang dikuasai para lulusan dengan kebutuhan dunia industri sehingga menyebabkan job mismatch.