Di jembatan kayu itu Soekarno menyatakan cintanya pada Utari. Putri bapak kos sekaligus gurunya sendiri. Di Jembatan Peneleh. Saksi bisu romantisme itu masih ada hingga kini.
Semuanya berawal dari rumah sederhana di Peneleh Gang VII, Surabaya. Saat itu, badai kesedihan menyelimuti batin Tjokroaminoto, bapak kos Soekarno sekaligus mentor politiknya. Ia sangat terpukul. Istrinya baru saja meninggal dunia.
Soeharsikin, nama perempuan itu. Dia telah mendampingi Tjokroaminoto ke mana pun ia pergi. Suasana rumah jadi tak seperti biasanya. Tak ada lagi senyum istrinya. Tak ada lagi yang membuat peraturan tegas untuk anak-anak kos. Termasuk Soekarno.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (9): Nostalgia Presiden di Pertjetakan Peneleh
Anak-anak Tjokroaminoto masih kecil. Utari, anak tertuanya, masih berusia 16 tahun. Soekarno pun turut bersedih. Ia merasa kemurungan Tjokroaminoto telah mengubah suasana rumah kos sepenuhnya. Bung Karno pun menjadi gusar.
“Saya dengan senang hati mau mengerjakan sesuatu. Supaya Pak Tjokro dapat tersenyum lagi. Tapi apa yang dapat saya lakukan?” tanya Soekarno kepada adik Tjokroaminoto.
“Tapi engkau dapat menggembirakan hatinya dengan cara lain," jawab adik Tjokroaminoto tersebut.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (8): Cahaya Islam di Gelapnya Penjara
“Cara lain? Bagaimana?”
“Jadi menantunya. Utari sekarang tidak punya ibu lagi. Tjokro sangat khawatir terhadap hari depan anaknya itu. Siapa yang akan menjaga dan mengasihinya?" ungkap adik Tjokroaminoto tersebut. Lalu ia menangkap kebingungan Soekarno.
Jembatan Peneleh Surabaya, saksi bisu pernyataan cinta Soekarno terhadap Utari.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY
"Saya kira, kalau engkau minta kawin dengan anak saudaraku itu, mungkin akan mengurangi sedikit tekanan perasaan darinya,” lanjutnya.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (7): Benih Revolusi di Ruang Sempit
Soekarno berpikir sejenak. Ia merasa ragu. Sebab, usianya masih sangat muda. Apalagi Utari. Dia jauh lebih muda darinya.
Namun, Soekarno menaruh rasa hormat yang besar dan ingin menghilangkan kedukaan Tjokroaminoto. Jadi, Soekarno menerima usulan pernikahan itu.