Seri Sang Putra Fajar (9): Nostalgia Presiden di Pertjetakan Peneleh

Toko Buku Peneleh yang dulu diperkirakan menjadi tempat berkumpulnya anggota Muhammadiyah, termasuk Bung Karno.-Rizal Hanafi-HARIAN DISWAY
Toko Buku Peneleh di Jalan Peneleh Gang VII pernah menjadi saksi bisu kehidupan Soekarno kecil. Ia mengikuti pengajian Muhammadiyah bersama Tjokroaminoto. Juga membaca banyak buku di toko tersebut. Bahkan pengelolanya masih menyimpan foto Bung Besar ketika mengunjungi tempat itu.
Setengah jam lagi rumah percetakan miliknya tutup. Waktu sudah menunjuk 19.30. Seperti biasa, setelah mengirim buku-buku ke sekolah Muhammadiyah, Abdul Latief Zen selalu menyempatkan diri untuk duduk santai di halaman depan.
Suasana malam sangat sepi. Saat itu tahun 1956. Tak ada orang membeli buku atau order cetak selarut itu. Rumah-rumah warga telah gelap. Hanya tampak kilatan cahaya keriap api lampu minyak.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (8): Cahaya Islam di Gelapnya Penjara
Beberapa menit menjelang pukul delapan malam, Zen beranjak dari tempat duduknya. Ia hendak menutup toko. Namun, tiba-tiba ia mendengar deru mobil yang berhenti tepat di depan gang.
Seseorang berpakaian serba putih, berpeci, turun dan berjalan menuju tokonya. Zen tak tahu siapa. Ia mengira orang itu adalah salah satu tokoh Muhammadiyah Surabaya yang membutuhkan buku.
Maka, ia pun segera masuk dan berdiri di belakang meja kayu berkaca miliknya. Seperti lazimnya pemilik toko menyambut pelanggan.
Foto Bung Karno saat berkunjung ke Pertjetakan Peneleh (kini menjadi TokoBuku Peneleh). M. Azhari, cucu Abdul Latief Zen, masih menyimpan foto kenangan tersebut.-Rizal Hanafi-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (7): Benih Revolusi di Ruang Sempit
Ia sempat mengamati bayang pria berjas putih itu. Sosoknya berhenti sejenak di depan pintu masuk. Menengadah, lalu bergumam, “Sampai juga saya di Percetakan Peneleh”. Lantas, ia masuk ke dalam.
Belum sempat Zen menyapanya, remang lampu ruangan menyorot wajah sosok itu. Zen berjingkat mundur. Kaget bukan kepalang. Bibirnya terbuka. Hanya sepatah-dua patah kata yang mampu ia ucapkan, “Bapak! Bapak!”
Sosok itu tersenyum. “Ya, saya Soekarno. Presiden Soekarno. Tokomu masih buka malam begini, Bung?,” tanyanya, sambil melihat-lihat koleksi buku.
BACA JUGA:Seri Putra Sang Fajar (6): Melahap Buku Bapak Kos
Saat itu, kunjungan Bung Karno ke Percetakan Peneleh terjadi pada 18 Desember 1956 pada pukul 20.00 WIB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: