Seri Sang Putra Fajar (8): Cahaya Islam di Gelapnya Penjara

Seri Sang Putra Fajar (8): Cahaya Islam di Gelapnya Penjara

Foto Bung Karno saat berkunjung ke Toko Buku Peneleh.-Rizal Hanafi-HARIAN DISWAY

Selain berjiwa nasionalisme dan revolusioner, Bung Karno adalah seorang yang taat beribadah. Ia mengenal Islam sejak tinggal indekos di Tjokroaminoto. Di situlah ia meyakini agama tersebut. Keyakinan itu semakin teguh ketika dirinya berada di dalam penjara.

Di balik jeruji besi Sukamiskin, pengab, dingin, dan jauh dari kata layak. Tahanan seperti Soekarno hanya bisa tidur di tempat yang keras dan tipis.

Tidak ada kasur empuk atau selimut hangat. Bahkan dilarang membaca buku-buku politik. Meski begitu, kondisi tersebut tak menghalangi Soekarno untuk terus membaca.

BACA JUGA:Seri Bulan Bung Karno (7): Benih Revolusi di Ruang Sempit

Anda sudah tahu, Soekarno pernah dijebloskan ke penjara Banceuy dan Sukamiskin. Bahkan diasingkan. Ia dituduh mempelopori gerakan-gerakan yang melawan pemerintah kolonial. 

Di penjara, yang dibaca Soekarno adalah Al-Qur’an. Perkenalannya dengan Islam tak hanya saat ia berada di penjara. Tapi sudah jauh sebelum itu.

Soekarno mengenang perjalanannya mengenal Islam pada Cindy Adams, penulis buku Penjambung Lidah Rakjat.

BACA JUGA:Seri Putra Sang Fajar (6): Melahap Buku Bapak Kos

Soekarno mengenal Islam saat usianya masih 15 tahun. Yakni ketika dirinya indekos di rumah H.O.S. Tjokroaminoto.


Peneleh Gang VII. Gang itu menjadi tempat kos dan pengajian Bung Karno.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

Soekarno sering mendampingi keluarga Tjokroaminoto saat mengikuti kegiatan organisasi keagamaan Muhammadiyah. Pun, mengikuti pengajian-pengajian.

Menurut Bung Karno dalam Penjambung Lidah Rakjat, gedung pertemuan untuk kegiatan Muhammadiyah ada di seberang rumah Tjokroaminoto, di sebuah gang sempit di Peneleh Gang 7, Surabaya.

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (5): Rumah Mewah Keluarga Soekeni?

“Sungguh pun aku asyik mendengarkan, tapi aku belum betul-betul menemukan Islam. Hingga aku masuk penjara. Di dalam penjaralah aku menjadi penganut yang sebenarnya,” ujar Soekarno dalam buku tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway