JAKARTA, HARIAN DISWAY - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membalas laporan yang menyebut bahwa serangan AS ke situs nuklir Iran.
Laporan dari Defense Intelligence Agency (DIA) menyebut kemungkinan serangan AS dengan pesawat pengebom dan penghancur bunker (bunker buster) pada Minggu malam, 22 Juni 2025 lalu kemungkinan berhasil mengakibatkan kerusakan, namun tak cukup untuk menghancurkan program nuklir Iran sepenuhnya.
Laporan DIA menyebut bahwa serangan dengan nama kode operasi "Midnight Hammer" tersebut hanya menunda program nuklir Iran selama beberapa bulan.
Laporan lain menyebut bahwa Iran kemungkinan telah memindahkan sebagian besar uranium sebelum lokasi nuklir mereka dibom oleh AS.
Dilansir dari AFP, Donald Trump mengecam media yang memberitakan keraguan soal keberhasilan serangan tersebut.
Salah satu pertanyaan yang masih diperdebatkan adalah apakah Iran sempat memindahkan sekitar 400 kilogram uranium yang sudah diperkaya sebelum diserang. Uranium ini jika disimpan di tempat tersembunyi bisa berbahaya dalam jangka panjang.
BACA JUGA:Situs Nuklirnya Dibom AS, Iran Akan Hentikan Kerjasama dengan Badan Nuklir PBB, Ini Alasannya
Namun, Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menyatakan tidak ada tanda-tanda Iran memindahkan uranium tersebut sebelum serangan.
“AS tidak punya indikasi uranium itu dipindahkan sebelumnya. Laporan yang menyebut demikian keliru,” ujarnya di Fox News.
Ia juga menambahkan bahwa fasilitas nuklir Iran saat ini sudah terkubur di bawah puing-puing akibat serangan bom Sabtu malam.
BACA JUGA:Data Intelijen Ungkap Serangan AS Gagal Hancurkan Situs Nuklir Iran, Trump Klaim Asal-Asalan?
Militer AS menyatakan mereka telah menjatuhkan 14 bom penghancur bunker GBU-57, masing-masing seberat seberat 13.600 kilogram, ke tiga lokasi nuklir Iran.
Trump mengklaim serangan ini telah membumihanguskan fasilitas nuklir Iran, termasuk fasilitas Fordow yang terletak di bawah pegunungan.
Namun, CNN melaporkan bahwa menurut analisis intelijen rahasia AS, serangan itu hanya membuat program nuklir Iran mundur beberapa bulan, tidak menghancurkan secara total.
Laporan ini membuat Trump geram. Ia mengecam jurnalis CNN lewat platform media sosialnya, Truth Social, dan meminta agar reporter tersebut dipecat.